30 Oktober 2010

Cerbung




The Way Of Love [Part 7]

Minggu pagi So Eun telah dikejutkan oleh kedatangan seseorang. Geun Suk telah kembali dari pelatihan basketnya. Jam baru menunjukan pukul 7 pagi, namun Geun Suk telah duduk manis di ruang tamu rumah So Eun menggunakan pakaian olah raga. Geun Suk mengajak So Eun pergi joging bersama. Pertamanya So Eun menolak karena semalam dia tidak bisa tidur karena terus terpikirkan hari indahnya bersama Kim Bum, tetapi Geun Suk tetap bersikeras yang membuat So Eun hanya pasrah mengikuti kehendak Geun Suk. Geun Suk sangat setia menantikan So Eun bersiap-siap, So Eun pun selesai dan mereka pergi jogging bersama. Setelah satujam berlari kecil, So Eun meminta istirahat kepada Geun Suk. Mereka berhenti di sebuah taman dan duduk di kursi yang ada disana.

“So Eun...megapa dari tadi kau diam saja? Apa kau tidak merindukanku?” tanya Geun Suk membuka pembicaraan.

“Ah...tentu saja aku merindukanmu” dusta So Eun

“benarkah? Tapi mengapa sepertinya kau tidak bersemangat? Padahal aku baru saja balik dari pelatihan” tanya Geun suk lagi

“Oh...itu karena aku sedikit lelah karena kemaren aku pemotretan sampai larut malam” jawab So Eun

“So Eun...” panggil Geun Suk lembut

“ya...” balas So Eun memandang Geun Suk. Geun Suk meraih tangan So Eun dan menggenggamnya erat.

“aku sangat merindukanmu...” ucap Geun Suk tersenyum.

“aku juga...”So Eun membalas senyuman Geun Suk agak khawatir

Geun Suk menatap lekat So Eun, perlahan-lahan wajahnya mulai mendekat kewajah So E un. So Eun mulai khawatir, Ia tau pasti apa yang akan dilakukan Geun Suk padanya. Hampir saja bibir Geun Suk mendarat dibibirnya So Eun langsung memalingkan mukanya kedepan untuk mengelakan kejadian yang tidak Ia inginkan terjadi. Geun Suk kecewa dengan penolakan So Eun tapi ia berusaha tetap tersenyum. So Eun sangat bersyukur dapat terhindar dari ciuman itu karena ia berjanji akan memberikan ciuman pertamanya pada orang yang benar-benar ia cintai. Geun Suk mengajak So Eun pulang setelah mereka puas berbincang dan sarapan di sebuah warung. Geun Suk mengantarkan So Eun pulang.

Sesampainya dirumah So Eun lansung melompat ketempat tidurnya lagi. So Eun sekarang merasa sangat lelah, ekspresinya tak memancarkan keceriaannya lagi. Matanya serasa mengangkat benda seberat 5kg sehingga tidak bisa melek lagi. Sementara itu, Kim Bum sedang bekerja di restoran tempat biasa kerja part time, karena kemaren ia minta izin maka sekarang ia bertugas membuka restorant itu dan juga menutupnya. Dengan kata lain hari ini Kim Bum tidak bekerja Part time tapi seharian ia bertugas menjaga restorant itu.

Jam telah menunjukan pukul 3 sore, So Eun masih tertidur pulas dikamarnya. Melihat nonanya tak keluar-keluar dari kamarnya pengurus Kim merasa khawatir. Apalagi So Eun belum makan siang. Pengurus Kim pergi menghampiri kamar So Eun untuk mengetahui ada apa gerangan nona mudanya itu tidak keluar. Mendapati So Eun yang masih tertidur, pengurus Kim membangunkan So Eun untuk makan siang. So Eun pun terbangun langsung ia pergi mandi, pengurus Kim membersihkan kamar So Eun. Selesai mandi So Eun lansung pergi kebawah mencari makanan, dibawah ia mendapati meja makan penuh dengan makanan, Ia hanya tinggal melahap makanan yang ia suka.

Setelah makan So Eun mencari-cari Sang Eun yang dari pagi tadi belum sempat ia sapa. So Eun pusing mencari dimana Sang Eun, namun Sang Eun tidak menjawab panggilan So Eun. So Eun mulai khawatir tentang keberadaan Sang Eun, pengurus Kim dan semua pelayan ikut membantu So Eun mencari Sang Eun. Mata So Eun mulai berkaca-kaca, dia takut kalau-kalau Sang Eun hilang Kim Bum akan marah padanya tapi diluar itu So Eun benar-benar menyayangi Sang Eun, karna Sang Eun adalah hadiah yang sangat berarti dari orang yang juga amat berarti baginya. Kesedihan So Eun tidak berlanjut kerena salah satu pelayanya berhasil menemukan sang Eun yang sedang main di taman rumahnya. So Eun sangat senang langsung membawa Sang Eun kepelukannya seraya berterimakasih kepada pelayannya itu. So Eun menghabiskan waktunya bermain dengan Sang Eun, karena saat bersama Sang Eun ia merasa ada Kim Bum bersama mereka.

So Eun akan tidur, tapi terlebih dahulu ia menidurkan Sang Eun. Setelah melihat Sang Eun tertidur pulas So Eun pun pergi kekamarnya. So Eun teringat Kim Bum, bayangan Kim Bum menari dipelupuk matanya. Rindu pada Kim Bum kini merasuki hatinya. Ia segera mencari ponselnya. Ia ingin menelepon Kim Bum untuk mengurangi rasa kangen yang bersarang dihatinya. Dia melihat ponselnya, ternyata ada tiga panggilan tidak terjawab yang ternyata panggilan dari Kim Bum. Alangkah bahagianya So Eun menerima kenyataan bahwa Kim Bum telah meneleponnya. So Eun segera mengetik sms untuk Kim Bum.

Annyeong...Kim Bum, maaf aku tidak mengangkat telepon mu tadi karena ponselku tinggal di kamar.

Send to: Kim Bum

From ; So Eun

So Eun harap-harap cemas menunggu balasan dari Kim Bum, tapi tidak juga datang balasan darinya. So Eun menghempaskan tubuhnya ke atas kasurnya. Matanya tidak lepas dari ponselnya, namun belum ada tanda-tanda balasan dari Kim Bum. Tak lama setelah itu, ponsel So Eun pun berbunyi, So Eun sesegera mungkin melihat ponselnya. Tertulis “Kim Bum calling” di layar ponselnya, ia tidak langsung mengangkat telpon itu, ia jingkrak-jingkrak kegirangan diatas kasurnya.

“Annyeong...” sapa So Eun mengangkat telpon Kim Bum

“Annyeong...mengapa lama sekali baru mengangkat?” tanya Kim Bum sedikit kesal

“Maaf...aku tadi di luar” dusta So Eun

“Oh...begitu...memangnya kau sekarang dimana?” tanya Kim Bum

“Aku sekarang sedang di kamar, tadi aku diluar bermain dengan Sang Eun. Ada apa kau menelpon ku? Apa kau merindukanku?” goda So Eun

“Aish...kau ini Pd sekali, aku merindukan Sang Eun, apa dia ada bersama mu?” kata Kim Bum

“Sang Eun sudah tidur...” jawab So Eun agak ketus

“Hei...mengapa ketus begitu... jangan bilang kau cemburu pada Sang Eun” ucap Kim Bum

“siapa yang cemburu, lagian untuk apa aku cemburu?” kata So Eun marah

“asal kau tau, aku menelpon karena aku memang merindukanmu dan aku juga tau kalau kau sedang merindukanku” aku Kim Bum. So Eun tidak menjawab Ia hanya tersenyum malu mendengar kata-kata Kim Bum.

“Sudahlah...sekarang pergilah tidur karena besok kita akan sekolah...semoga mimpi indah...sampai bertemu di sekolah...bye...” lanjut Kim Bum

“Bye...semoga kau juga mimpi indah” balas So Eun sedikit manja. Kim Bum mematikan panggilannya, kini mereka tertidur dengan perasaan yang berbunga-bunga.

So Eun berjalan menelusuri lorong-lorong sekolah menuju kelasnya. Alangkah terkejutnya So Eun melihat segerombolan murid cewek diluar kelasnya. Ia menghampiri gerombolan cewek sedang memperhatikan sesuatu yang ada dalam kelasnya. Saat cewek-cewek itu menyadari kedatangan So Eun, mereka langsung mengelilingi So Eun untuk mengintrogasi So Eun.

“So Eun apakah benar foto yang di majalah ini si Kim Bum teman sekelasmu itu?” tanya salah satu cewek sambil menunjukan foto Kim Bum yang ada dimajalah

“Ah..iya, itu memang Kim Bum, memangnya kenapa?” jawab So Eun balik nanya

“Tidakkah kau menyadari kalau dia begitu tampan?Kyaa...Dia tampan sekali” kata cewek lainnya

“bukankah dari dulu dia juga begitu, kalian saja yang tidak menyadari...” jawab So Eun ringan

“ouh...benarkah...So Eun tolong kami panggilkan Kim Bum, kau kan teman sekelasnya, dari tadi kami memanggilnya,tapi tidak ada respon darinya. Kami minta tolong bujukan dia untuk mau bertemu dengan kami sebentar saja” pinta mereka pada So Eun

“baiklah kalau begitu kalian tunggu disini ya” suruh So Eun

So Eun melangkah dengan pasti menuju bangkunya. Saat melihat Kim Bum yang asyik membaca komik kesayangannya ‘Conan’ sambil mendengarkan musik dari MP4 miliknya. Pantas saja Kim Bum tidak mendengar panggilan dari cewek-cewek diluar karena ia sedang sibuk membaca, pikir So Eun. Sekarang So Eun berada di samping Kim Bum, Ia melepas mini speaker yang sedari tadi bersemayam di telinga Kim Bum. Kim Bum terkejut dengan ulah So Eun. So Eun menunjuk kearah pintu masuk kelas, Kim Bum lebih terkejut lagi melihat segerombolan cewek tersenyum manis kearahnya bahkan ada yang meneriaki namanya.

“Siapa mereka?”tanya Kim Bum pada So Eun

“penggemarmu...” jawab So Eun singkat

“penggemarku? Kau ini bercanda ya, memangnya aku artis sepertimu memiliki penggemar segala” ucap Kim Bum

“kau sudah lupa kalau foto-fotomu dimuat dalam majalah, kau harus siap terkenal...sana hampiri mereka, mereka sangat ingin bicara denganmu” suruh So Eun

“apa aku harus melakukan itu?”tanya Kim Bum khawatir

“tentu saja...” kata So Eun meyakinkan Kim Bum. Mulai saat itu Kim Bum menjadi terkenal dikalanagan remaja korea.

Saat jam istirahat Kim Bum tidak pergi keatap, dia ingin menenangkan hatinya yang terbakar api cemburu melihat Geun Suk menjeput So Eun untuk pergi beristirahat seperti biasa. Padahal selama ini Kim Bum bisa merelakannya, tapi sekarang mengapa ia begitu marah kalau melihat So Eun bersama Geun Suk. Untuk meredamkan amarahnya sekaligus menghindari cewek penggemarnya Kim Bum pergi ke perpustakaan. Ia yakin kalau penggemarnya tidak akan mengikutinya sampai pustaka pasalnya penjaga pustakanya galak, apabila ia mendengar sedikit bunyi berasal dari kita, maka kita akan diusir. Sedang asyiknya membaca, Kim Bum merasakan ponselnya bergetar. Ia segera keluar untuk mengangkat telepon itu. Dilihatnya ternyata itu telpon dari So Eun, Kim Bum segera mengangkatnya.

“Kim Bum...kau dimana, kenapa tidak ada di atap?”ucap So Eun terisak dibalik telepon

“So Eun...kau kenapa menangis? Aku sedang diperpustakaan sekarang” jawab Kim Bum cemas

“aku membutuhkanmu sekarang, cepatlah keatap!” suruh So Eun masih menagis

“Iya...tunggu aku disana ya...” kata Kim Bum yang langsung berlari keatap. Sampai diatap Kim bum menemukan So Eun sedang menangis. Kim Bum langsung menghampiri So Eun.

So Eun...kau kenapa menangis? ” tanya Kim Bum setelah berada di samping So Eun. Terlihat So Eun seikit lega dengan kehadiran Kim Bum.

“aku putus dengan Geun Suk...” kata So Eun menangis lebih keras. Kim Bum memasukan tanganya kedalam sakunya.

“Aish...Cuma karna itu Kau menangis, kau ini lucu sekali, bukankah kau yang bilang sendiri kalau kau tidak mencintainya, sekarang sudah putus mengapa harus sedih” ucap Kim Bum ketus

“aku sedih bukan putus dengan Geun Suk, tapi karena alasan Geun Suk menjadi pacarku” ucap So Eun terisak

“memang apa alasan Geun Suk menjadi pacarmu?” tanya Kim Bum penasaran

“Geun Suk mau jadi pacarku hanya untuk memenangkan taruhan dengan teman-teman club basketnya, dan kemaren dia hampir menciumku itu juga bagian dari taruhannya...padahal aku kira Geun Suk benar-benar mencintaiku, tapi ternyata aku hanya bahan taruhan bersama teman-temannya, aku merasa sangat tidak berarti, aku malang sekali, tidak ada yang tulus menyayangi, apakah aku memang tidak pantas untuk dicintai? .” Tangis So Eun pecah, Kim Bum geram sekali mendengar perlakuan Geun Suk pada So Eun. Namun dia mencoba menenangkan diri untuk menghibur So Eun. Kim Bum meraih tangan So Eun dan mengenggamnya lembut. Dia menyeka air mata So Eun dengan tangannya yang satu lagi.

“Bagaimana ceritanya kau tau kalau Geun Suk menjadikan mu bahan taruhan?” tanya Kim Bum. So Eun Pun menceritakanya pada Kim Bum.

Flash Back

Waktu jam istirahat, seperti biasa Geun Suk datang mengajak So Eun istirahat bersama. So Eun sebenarnya ingin menghabiskan waktu istirahatnya bersama Kim Bum di atap, karena saat jam pelajaran Kim Bum susah diganggu. Terlebih lagi sekarang Kim Bum selalu di kerumuni teman perempuannya yang kadang menimbulkan rasa kesal di hati So Eun. Ingin rasanya So Eun mengambil ulat bulu dan menaburkannya kepada gerombolan cewek yang kecentilan manja di hadapan Kim Bum, biar semua cewek gatal pada kabur sambil garuk-garuk , tapi itu cukup keinginan saja. Dengan berat hati So Eun pun pergi bersama Geun Suk. Setelah selesai makan Geun Suk langsung pergi kelapangan basket untuk latihan. Dia meminta So Eun menemaninya namun So Eun menolaknya dengan alasan mau buat PR pelajaran selanjutnya -padahal pengen ketemu Kim Bum tuh-.

Sesampai di kelas So Eun tidak menemukan seorang pun temannya, termasuk Kim Bum. So Eun langsung melangkahkan kakinya menuju atap, firasatnya mengatakan kalau Kim Bum sedang berada disana. So Eun berjalan melewati cafe tempat biasa anak-anak basket menghabiskan waktu istirahatnya, langkahnya terhenti mendengar namanya disebut-sebut. So Eun menjadi penasaran apa yang mereka bicarakan tentang dirinya, diapun mengendap mendekati anak-anak itu sambil menguping.

“Ah...payah ya si Geun Suk, masa sampai sekarang dia belum saja dapat ciuman dari So Eun, sepertinya kali ini dia kan kalah” ucap salah satu teman basket Geun Suk

“Iya...padahal dia lancar sekali waktu menaklukan So Eun menjadi pacarnya...” kata yang lain.

“Waktu itu aku tak menyangka So Eun akan menerimanya karena yang kita tau dia memang susah ditaklukkan. Karena itu, aku harus membayar mahal pada Geun Suk, karena dia menang taruhan” ucap yang satu lagi lemas

“Aku juga senasib dengan mu, menyesal aku taruhan banyak-banyak waktu itu, habis setengah tabunganku membayar kekalahanku” aku temannya lain.

So Eun mulai mengerti dan geram mendengar kata-kata teman-teman Geunsuk itu. Dia keluar dari persembunyiannya dan menghampiri teman basket Geun Suk itu untuk meminta penjelasan dari perbincangan mereka tentang dirinya. Semua orang itu terkejut sekaligus pucat karena takut melihat kehadiran So Eun diantara mereka.

“aku dengar kalian membicarakan tentang taruhan, aku dan Geun Suk...apa maksudnya?” tanya So Eun pada mereka.”apa benar Geun Suk menjadi pacarku karna taruhan dengan kalian?”desak So Eun.

“oh..itu, bukan itu...aduh...” ucap salah satu temannya

“hei...ternyata kalian disini rupanya, sekarang kita latihan, mengapa kalian masih disini?” Geun Suk datang tiba-tiba, wajah temannya tampak khawatir. Dia heran melihat So Eun yang berada diantara teman-temannya.

“So Eun...bukannya kau membuat PR dikelas mengapa disini?” heran Geun Suk

“apa benar kau menembak ku karena taruhan dengan tim basket mu? Apa kau mau menciumku juga bagian taruhanmu? Jawab aku!!” teriak So Eun

“My princees...ada apa denganmu, siapa yang bilang itu padamu?”jawab geun Suk khawatir

“kau tidak perlu tau siapa yang bilang padaku, aku hanya ingin kau jujur, apa itu benar?” kata So Eun sedikit merendah

“Itu tidak benar...” Geun Suk coba meyakinkan

“Ouh...jadi kau tidak mau jujur rupanya, kalau begitu kita putus” ucap So Eun lalu membalikan badannya untuk pergi. Geun Suk meraih tangan So Eun mencegah So Eun pergi.

“Apa lagi?”ucap So Eun ketus

“kalau aku jujur apa kau mau memaafkanku?” tanya Geun Suk

“aku bukan tipe orang pendendam” ucap So Eun singkat

“aku akui, waktu aku menembakmu memang karena aku bertaruh dengan teman dalam tim basketku, tetapi setelah mengenalmu aku lebih jauh, aku benar-benar jatuh cinta padamu. Dan sampai saat ini rasaku padamu adalah Cinta, bukan karena taruhan lagi, percaya padaku, aku memang mencintaimu sekarang ” ucap Geun Suk meyakinkan

“apa menurutmu aku pantas di jadikan barang taruhan? Aku merasa iba pada diriku sendiri, kalau begitu aku pergi dulu karena semuanya sudah jelas. Kita putus!!!” ucap So Eun melepaskan pegangan Geunsuk ditangannya.

“So Eun...tapi kau bilang mau memaafkan ku, mengapa kita harus putus, aku sangat mencintaimu” desak Geun Suk

“aku hanya bilang mau memaafkanmu, bukan kembali padamu...kau mengerti!” tutur So Eun seraya meninggalkan cafe itu. Geun Suk hanya dapat memandangi kepergian So Eun.

Flash Back End

“So Eun...apa kau mau mendengar kisah cinta terpendam? tanya Kim Bum menatap lembut So Eun. So Eun hanya mengangguk.

“kau tau, ada seorang pria yang sangat menyayangimu sejak pertama kali bertemu. Pertemuannya dengan mu saat SMP waktu mengikuti lomba cerdas cermat antar SMP. Sejak saat itu tak sedetikpun kau hilang dari benaknya. Ia berusaha mendapat beasiswa disekolah ini agar bisa dekat dengan mu, tahun pertama dia belum beruntung karena tidak satu kelas denganmu, saat kelas dua dia didahului Geun Suk, tapi walaupun begitu dia tetap memperhatikanmu, rasanya tak berkurang sedikitpun padamu, malah semakin membesar.Sekarang saat mendengar kau putus dengan Geun Suk, pria ini semakin yakin bahwa kau tercipta untuknya. Jadi, mulai sekarang kau adalah milikku, takan ku biarkan kau bersedih lagi...kau mengerti!” aku Kim Bum tersenyum manis pada So Eun. So Eun terlihat belum menyerap dengan baik kata-kata Kim Bum.

“apa? Apa maksudmu tadi?” tanya So Eun

“Jangan suruh aku mengulangnya...” ucap Kim Bum kesal, So Eun tertawa kecil melihat reaksi Kim Bum

“Kau tau Kim Bum...walaupun aku belum lama dekat dengan pria itu, tapi entah bagaimana caranya pria itu berhasil membuat ku selalu memikirkannya, meridukannya dan membutuhkannya. Beberapa hari ini dia membuatku merasa menjadi wanita yang beruntung karena Ia selalu berada disampingku, menghiburku, membuatku kesal, membuatku tersenyum membuatku bahagia dan membuatku menjadi berarti. Sepertinya aku telah jatuh cinta pada pria itu... ” ucap So Eun tertawa. Kim Bum mengerti apa yang dimaksud So Eun. Kim Bum memeluk So Eun karena bahagia. So Eun membalas pelukan Kim Bum.

“Sekarang kau adalah milikku...kau tidak boleh pergi dariku, kau mengerti?” Bisik Kim Bum tetap memeluk So Eun, So Eun hanya mengangguk tanda mengerti.

“So Eun...sudah berapa lama kau tidak keramas? Rambutmu sedikit bau” canda Kim Bum

“Apa kau bilang, aku baru keramas tadi pagi” ucap So Eun marah melepaskan diri dari pangkuan Kim Bum.

“tidak kok...aku cuma bercanda...kau gampang sekali marah. Ya sudah aku mau ke perpustakaan meneruskan baca komik yang terganggu oleh mu ” ucap Kim Bum

“Hei...jadi komik lebih penting dariku...” kata So Eun kesal

“tentu saja...” canda Kim Bum

“Aish...kau ini” ucap So Eun membelakangi Kim Bum

“you are my everything So Eun...kau tau itu” kata Kim Bum lalu berlalu pergi meninggalkan So Eun. So Eun tersipu malu mendengar kata Kim Bum. Dia langsung mengejar Kim Bum agar berjalan beriringan dengan Kim Bum. Mulai hari itu So Eun slalu dijemput antar Kim Bum, So Eun pun sering main kerumah Kim Bum, begitu juga Kim Bum yang menyempatkan pergi kerumah So Eun untuk bermain dengan ‘anak mereka’ Sang Eun. Setiap malam mereka selalu saling menelepon hanya untuk mengucapkan selamat tidur. Sungguh pasangan yang solid.

Hari ini So Eun pergi main kerumah Kim Bum tanpa sepengetahuan Kim Bum. Dia pergi sendiri bersama mobilnya, dia tidak mau mengganggu Kim bum yang sedang bekerja di restorant. Sesampainya di rumah Kim Bum, So Eun disambut hangat oleh Kim Byul dan Nyonya Kim ibunya Kim Bum. Mereka bercerita bersama, membicarakan sesuatu yang biasa dibicarakan oleh wanita saat bertemu. So Eun melihat keanehan pada Ibu Kim Bum. Nyonya Kim tampak begitu pucat makanya ia tak sesemangat biasanya. Sedang asyik berbincang, Nyonya Kim minta permisi kebelakang sebentar, setelah beberapa menit terdengar suara pecahan piring yang terjatuh. Mendengar itu So Eun dan Kim Byul segera berlarian menuju dapur, mereka mendapati nyonya Kim tergeletak dilantai taksadarkan diri, dari mulutnya keluar sedikit darah. Melihat apa yang terjadi, Kim Byul langsung menangis meneriakki nama Ibunya. Merekapun segera mengangkat Nyonya Kim ke mobil So Eun untuk dibawa kerumah sakit. Selama dijalan Kim Bul tidak berhenti menangis.

Di rumah sakit nyonya kim langsung dilarikan ke UGD, dokter yang memeriksanya adalah teman ayah So Eun. So Eun menelepon Kim Bum untuk mengabarkan kejadian ini, sementara itu Kim Byul tetap menangis di pangkuan So Eun. Tak berapa lama setelah menelepon Kim Bum telah datang dirumah sakit. Kim Byul beralih menangis kepangkuan Kim Bum.

“apa yang terjadi hingga ibu masuk rumah sakit?” tanya Kim Bum pada So Eun.

“Tadi kami sedang berbincang-bincang, lalu ibu masuk kedapur, kami dikagetkan dengan suara piring yang pecah, saat kami lihat, ibu telah tidak sadarkan diri, aku pun langsung membawa ibu kesini” terang So Eun

“bagaimana keadaan Ibu?” tanya Kim Bum lagi

“ kami belum tau, karena Ibumu masih diperiksa didalam” ucap So Eun

“Oppa...Ibu tidak akan meninggalkan kita seperti ayahkan?” isak Kim Byul

“Kau tidak boleh bicara seperti itu, kita doakan semoga ibu tidak apa-apa” ujar Kim Bum mencoba menenangkan adiknya itu.

Dua jam sudah berlalu. Terlihat Kim Byul terdidur di pangkuan oppanya yang masih melek menunggu dokter keluar didepan ruang UGD tempat ibunya di periksa. So Eun juga masih terbangun menemani kekasihnya yang terlihat lelah sekaligus khawatir. Melihat jam telah menunjukan pukul 12 malam, Kim Bum menyuruh So Eun pulang, namun kali ini So Eun tidak mau menurut, dia bersikeras menunggu kabar ibu Kim Bum sambil menemani Kim Bum dan Kim Byul. Kim Bum juga tidak memaksa So Eun, karena sebenarnya dengan adanya So Eun disisinya ia juga merasa sedikit tenang. Tidak lama setelah itu dokter keluar dengan tampang sedihnya. Kim Bum yang melihat Ekspresi sedih dokter langsung mendapat firasat buruk tentang keadaan ibunya. Dokter membawa Kim Bum keruangannya untuk membicarakan keadaan ibunya, Kim Bum pun beriringan dengan dokter berjalan keruang kerja dokter tersebut.

“Sebelumnya apa Ibu kamu sudah di periksa?” tanya dokter membuka perbincangan setelah tiba diruangan.

“Sudah dok...ibu juga sempat dirawat disitu, tapi kami belum mengetahui pasti penyakit ibu karena hasil pemeriksaan ada bersama dokter yang pergi tugas ke luar negeri. Jadi, bagaimana keadaan ibu saya dok?” jelas Kim Bum seraya bertanya balik

“Saya berharap Ibu kamu dapat bertahan, tetapi sepertinya itu sulit karena beliau mengidap penyakit Leukimia (kanker darah) stadium akhir. Hanya keajiban tuhan yang dapat menyelamatkan ibu mu ” ucap dokter dengan sesal

“apa maksud dokter ibu saya tidak dapat diselamatkan lagi?”mata Kim Bum berkaca-kaca

“saya tidak ingin mendahului Tuhan, tapi dalam kedokteraan umur ibumu tidak lebih dari sehari, karena penyakitnya telah menyebar keseluruh tubuhnya termasuk ke otak. Kalau otak terkena, maka sangat sedikit kemungkinan ibumu dapat bertahan lebih lama lagi”

“saya mohon dok...lakukan apa saja untuk kesembuhan Ibu saya...” ucap Kim Bum yg kini air matanya tak dapat ia bendung lagi.

“Kami telah melakukan sebisa kami...kini hanya menunggu putusan Yang Kuasa, saya harap kamu tetap tabah dan kuat...” dokter menenangkan

“Baiklah dok...apa sekarang saya boleh menjenguk ibu saya dok?” tanya Kim Bum menyeka airmatanya

“Boleh, tapi jangan lupa kenakan pakaian khusus masuk kedalam, Cuma boleh dua orang...”

“Baik Dok...terimakasih...” Kim Bum beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang dokter.

Dari kejauhan sambil berjalan, Kim Bum memandang adiknya yang masih terlelap tidur dipangkuan So Eun, air matanya mengalir tanpa komando darinya. Dia telah merasakan tidak lama lagi ia akan menjadi yatim piatu dengan adiknya. So Eun dapat melihat kesedihan dari kekasihnya itu, tampak Kim Bum menyeka air mata dengan tangannya. Setelah sampai di depan So Eun Kim Bum hanya tersenyum miris sedangkan So Eun memandangnya dengan wajah penuh tanya.

“Apa kau tidak pulang saja So Eun, ini sudah jam 2 pagi” ucap Kim Bum serambi duduk disamping So Eun

“tidak...aku ingin disini menemanimu. Apa kata dokter tentang keadaan ibumu?” tanya So Eun

“Kata dokter hanya keajiaban yang bisa menyembuhkannya...” ucap Kim Bum menahan tangis

“maksudmu...memangnya penyakit apa yang diderita ibu sampai begitu?” tanya So Eun lagi dengan mata berkaca-kaca

“Ibu mengidap Leukimia stadium akhir, penyakitnya sudah menyerang otak, maka tidak dapat diselamatkan lagi” butiran air keluar dari kelopak mata Kim Bum

“Apa?” kini tangis So Eun pecah, air matanya jatuh membasahi pipi Kim Byul, sehingga Kim Byul pun terbangun. Kedua pasang kekasih itu segera menghapus air mata mereka.

“ada apa Opaa dan Eunnie menangis, bagaimana keadaan Ibu Oppa?” tanya Kim Byul sambil mengucek-ngucek matanya

“Sebaiknya kita masuk melihat ibu, kini ibu sedang kritis. Kau harus mendoakan Ibu” ajak Kim Bum. Dia tidak kuasa mengatakan kepada adik tersayangnya bahwa umur Ibunya kurang dari sehari.

“Baik Opaa...tapi Eunnie sama siapa diluar?” Kim Byul khawatir

“tidak apa-apa, aku disini saja...kau masuklah dengan Oppamu, sampaikan pelukku untuk Ibu mu..,” ucap So Eun menahan isak tangisnya

“Baiklah Eunnie...kami masuk dulu ya...” ucap Kim Byul seraya masuk.

“aku masuk dulu ya, kau hati-hati disini...” pamit Kim Bum

“Iya...kau masuklah, sampaikan salamku untuk ibumu, kau leakiku, kau harus kuat...aku mencintaimu...” hibur So Eun sambil menyeka air mata kim Bum yang tiba-tiba jatuh

“Iya...aku juga sangat mencintaimu” Kim Bum membuka pintu lalu masuk keruangan itu.

Kim Bum memasang baju khusus terlebih dahulu, lalu ia pergi menemui Ibunya yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Mukanya pucat sepertinya darah sudah berubah menjadi putih. Ia lalu duduk dikursi yang telah disediakan disamping tempat tidur ibunya. Dia meraih tangan ibunya lalu mengecupnya lembut, Ia masih berusaha keras menahan air matanya karena ia tidak mau adiknya juga ikut bersedih. Tampak Kim Byul mengelus-elus rambut ibunya, tapi dia terkejut karena saat mengelus, rambut ibunya rontok dengan cukup banyak. Kim Byul bertanya pada Kim Bum mengapa sampai itu terjadi, Kim Bum tidak menjawab Ia hanya melarang Kim Byul melakukan itu lagi. Mesin detak jantung masih menandakan masih adanya kehidupan ibu Kim Bum.

Terasa oleh Kim Bum pergerakan tangan ibunya dia melihat kewajah ibunya. Tampak ibunya sedang berusaha membuka matanya. Setelah terbuka, ibunya tersenyum kepada putra dan putrinya yang sangat ia cintai itu.

“Ibu...Ibu sudah bangun?” ucap Kim Byul girang

“iya sayang...” jawab Ibunya agak lemas

“Bagaimana persaan ibu?” tanya Kim Bum

“Tidak apa-apa, ibu hanya merasa sedikit letih...” jawabnya lagi

“Ibu, Ibu harus kuat ya...” kata Kim Bum menahan tangisnya

“Iya sayang...kalian mendekatlah pada Ibu, ibu sangat ingin memeluk kalian erat-erat. Tidurlah kalian di pangkuan Ibu, Ibu tau seharian tadi kalian pasti terus menunggui ibu...belum tidurkan” ucap Ibunya.

Kedua purta putrinya itupun merebahkan kepala mereka dipangkuan ibunya. Nyonya Kim mengelus-elus lembut kepala putra putrinya itu. Ia merasakan bajunya basah akibat air mata Kim Bum. Dia pun megecup lembut kening Kim Bum untuk menghibur anak sulungnya itu, dia tahu pasti keadaanya sudah diketahui oleh anak laki-lakinya itu. Setelah memastikan putrinya terlelap, Ibu Kim Bum mencoba berbisik kepada Kim Bum.

“Bummie...Ibu tau kau belum tidur, kau harus menjaga adikmu baik-baik ya nak...ibu minta maaf karena ibu tidak bisa menemani kalian lebih lama lagi. Ibu sudah tau keadaan ibu dari dokter dan Ibu juga tau kalau kau telah mengetahui keadaan Ibu. Satu hal yang kau ingat bahwa Ibu sangat menyayangi kalian dan Ibu berharap kalian bisa menjadi orang yang berhasil kelak mencapai cita-cita kalian. Ibu akan mengawasi kalian dari jauh....”ucap Nyonya Kim dengan butiran air mata. Sedangkan Kim Bum terisak dibalik pangkuannya. “So Eun gadis yang baik, Ibu yakin ia akan menjadi istri yang baik untukmu, jangan lepaskan dia karena disetiap pandangannya ibu melihat kasih sayang.Kau juga harus menjaga hubunganmu dengannya...sekarang kau tidurlah, ibu juga ingin tidur...”sambung ibunya.

Kim Bum mengangkat wajahnya, dia dapat melihat perlahan ibunya menutup mata. Tidak lama setelah itu mesin detak jantungnya bergaris rata dan berteriak. Kim Bum terkejut langsung lari keluar memanggil dokter. Dokter langsung masuk kedalam ruangan bersama dua orang susternya. Dokter itu memegang dua barang kecil yang berbentuk setrika, Dia menunggu aba-aba lalu meletakan dua benda itu di dada Nyonya Kim, Tubuh Nyonya Kim melambung karna tegangan listrik yang dialirkan benda itu, namun tidak ada reaksi dari nyonya Kim. Dokter menghentikan aksinya itu setelah yakin kalau yang dilakukannya itu akan sia-sia. Kim Byul tidak percaya dengan kematian ibunya, dia memukul-mukul kecil tubuh ibunya sambil berteriak histeris membangunkan ibunya, namun tetap tak ada balasan dari Ibunya. Kim Bum membawa adiknya kepangkuannya, Kim Byul menangis sejadi-jadinya.

“Oppa... Apakah tidak cukup ayah meninggalkan kita? Mengapa ibu juga ikut-ikutan meninggalkan kita? Apa mereka tidak menyayangi kita? Atau aku terlalu nakal sehingga ibu pergi meninggalkan kita, aku merasa tidak begitu nakal...Oppa, katakan pada ku mengapa orang tua kita tega meninggalkan kita, aku sangat membutuhkan mereka Oppa...Oppa, Kau jangan diam saja...aku mohon Oppa jawab pertanyaan ku, mengapa bisa begini..mengapa kita ditinggalkan...” Kim Bum memperat pelukannya pada Kim Byul dia tidak dapat menjawabnya, karena diapun bertanya-tanya. Kini kakak-beradik itu menangis bersama.

Jam menunjukan pukul tiga dini hari, semua ruangan rumah sakit tampak sunyi hanya isak tangis Kim Byul dan So Eun bergema disana. Sedangkan Kim Bum sibuk mengurus administrasi perawatan ibunya. Paginya Nyonya Kim di makamkan disebelah makam suaminya banyak yang datang menyaksikan pemakamannya. Terutama teman, para guru dan penggemar Kim Bum. Mereka dapat merasakan kesedihan yang dirasakan Kim Bum. So Eun berdiri di sebelah Kim Bum dan selalu berusaha menenangkan Kim Byul yang tak berhenti menanangis dipangkuannya. Setelah acara pemakaman semua orang mulai bubar hingga tinggal mereka bertiga saja, Kim Bum, Kim Byul dan So Eun. Beberapa lama bertahan dipemakaman So Eun pun mengantar Kim Bum dan Kim Byul pulang. Sesampai di rumah Kim Bum, setelah melihat Kim Byul tertidur So Eun minta izin pulang sebentar untuk mandi karena dari kemaren dia belum mandi. Begitu juga dengan Kim Bum yang belum juga mandi dari kemaren.

“Kau hati-hatilah dijalan...” ucap Kim Bum. So Eun berdiri didepan Kim Bum dan mengelus lembut pipi kiri Kim Bum

“Iya...Pengeranku, jangan bersedih lagi kau harus kuat...percayalah ibumu sedang berbahagia dengan ayahmu disana dan mereka selalu mengawasi kalian. Mereka akan selalu didekat mu,percaya itu...aku pulang dulu ya...tersenyumlah untuk ku...” ucap So Eun, Kim Bum pun tersenyum walaupun tak semaut biasanya. So Eun pun mendaratkan kecupan lembut di pipi kanan Kim Bum lalu tersenyum dan berbalik pergi menuju mobilnya.

“So Eun...” panggil Kim Bum, So Eun berbalik menghadap Kim Bum.”aku mohon jangan pernah meninggalkan aku” lanjutnya

“Aku malah khawatir kalau kau yang akan meninggalkan aku” ucap So Eun tersenyum. Kim Bum pun ikut tersenyum mendengarnya. So Eun pun pergi melajukan mobilnya.

Saat akan tidur So Eun mendengar ponselnya berbunyi, terlihat tulisan “Kim Byul calling”. So Eun langsung mengangkatnya.

“Eunnie...”sapa Kim Byul

“Iya kim Byul...mengapa jam segini kau belum tidur? Kau baik-baik saja kan?”tanya So Eun khawatir

“Iya, aku baik-baik saja...aku hanya tidak bisa tidur...”ucap Kim Byul

“Kenapa kau tidak bisa tidur?” tanya So Eun balik

“Karena sebelumnya aku slalu tidur bersama ibu, dia selalu bercerita sampai aku tertidur dan sekarang aku tidak bisa tidur” isak Kim Byul

“Ouh begitu...Kau tunggu aku ya, aku akan menjeputmu, malam ini kau tidur bersama ku saja...apa kau mau?”ajak So Eun

“Tidak usah Eunnie, aku takut merepotkanmu. Lagian bagaimana dengan Oppa?”tanya Kim Byul

“Kau sama sekali tidak merepotkanku, aku malah senang punya teman tidur, kalau soal Oppa mu biar aku yang bicara dengannya” So Eun meyakinkan

“Baiklah Eunnie, aku tunggu ya” kata Kim Byul girang

“iya...ya sudah..bye..” tutupp so Eun

So Eun segera mengganti piamanya dengan sweter, dia pergi diantar sopirnya kerumah Kim Bum. Pintu rumah Kim Bum di ketuknya dan Kim Bum pun membukakan pintu. Kim Bum terkejut melihat kehadiran So Eun dirumahnya, padahal jam sudah menunjukan pukul 11 malam.

“Ada apa kau kemari selarut ini? Seharusnya kau kan sudah tidur...”sambut Kim bum

“Kau kenapa juga belum tidur...tadi aku mau tidur, tapi Kim byul meneleponku katanya dia tidak bisa tidur kerena biasanya dia tidur bersama ibu. Makanya aku mengajaknya tidur dengan ku malam ini. Apa malam ini dia boleh tidur denganku, hanya untuk malam ini saja...”pinta So Eun

“apa tidak merepotkanmu...” tanya Kim Bum

“Dia itu adik ku, mana bisa merepotkanku” ucap So Eun

“Baiklah kalau itu mau mu...akan aku panggil Kim Byul...” kata Kim Bum serambi masuk memanggilkan Kim byul. Tidak lama setelah itu, Kim Byul keluar bersama Kim Bum.

“kalian hati-hatilah di jalan...Kau tega sekali meninggalkan Oppamu sendirian” rajuk Kim Bum

“Oppa, aku hanya belum bisa tidur sendirian...aku janji Cuma malam ini aku menginap” bujuk Kim Byul

“Iya...tapi aku harus mendengarmu tertidur lelap...”

“Iya oppa, aku janji akan tidur nyenyak...” ucap Kim Byul

“Aku titip Byullie ya So Eun...” kata Kim Bum

“Iya...ya sudah, kami pergi dulu ya...”pamit So Eun

“Iya...hati-hati, selamat tidur...”lepas Kim Bum

Mereka pun pergi, Kim Bum mengamati mobil So Eun sampai tak terlihat lagi lalu masuk kedalam kamarnya untuk tidur. Setengah jam setelah itu datang sms dari So Eun. “Kim Byul sudah tidur, jadi kau jangan khawatir lagi”. Kim Bum langsung menelepon So Eun.

“SO Eun...” sapa Kim Bum dari seberang telepon

“Iya...” jawab So Eun singkat

“terimakasih...aku merasa sangat beruntung memilikimu...” ucap Kim Bum

“aku yang beruntung karena telah jatuh cinta padamu..”balas So Eun

“Terimakasih So Eun...” ungkap Kim Bum lagi

“Kau tidak perlu berterimakasih, aku melakukan ini karena aku menyangimu dan adikmu, kau telah memberiku keluarga. Jadi terimakasih kembali, sekarang kita tidur, aku ingin kau hadir dimimpiku...Bye...”

“Bye...” balas Kim Bum mematikan sambungan telepon. Dia segera menutup matanya dan tertidur karena dia belum tidur dari kemaren.

Bersambung

30 September 2010

Cerbung




The Way Of Love [Part 6]


Malam semakin larut, tapi So Eun masih tampak duduk dibibir kolam renang dirumahnya sambil memainkan air kolam dengan kakinya. Pandangannya melayang-layang kelangit-langit atap mulutnya tak berhenti menyunggingkan senyuman, ntah apa yang dia pikirkan. Pengurus Kim yang melihat suasana hati nonanya yang sedang cerah dan berseri-seri merasa perlu mengetahui apa gerangan yang membuat nona muda satu-satunya itu begitu bahagia hari ini. Pengurus Kim pergi mendekati So Eun.

“wah...sepertinya matahari masih bersinar sampai malam ini, karna melihat Nona So Eun saya ini masih cerah sampai malam selarut ini” goda Pengurus Kim saat mengambil posisi duduk di sebelah So Eun.

“Pengurus Kim...” teriak So Eun memeluk lalu melepaskan pelukannya

“Nona...sepertinya nona senang sekali hari ini. Lihat saja wajah nona yang begitu berseri-seri, ini pertama kalinya saya melihat nona sesenang ini setelah kematian nenek nona. Memangnya apa yang membuat nona seperti ini?” tanya Pengurus kim ingin tahu.

“Hari ini adalah hari yang paling istimewa bagiku Pengurus Kim... ” kata So Eun tertawa kecil

“O...saya tau kalau hari ini nona ulangtahunkan, apa karna itu nona sebahagia ini? Atau karna nona melalui hari ini dengan tuan muda yang bernama Kim Bum itu? Yang minumnya air dokter” ucap Pengurus Kim ikut tertawa kecil

“hahaha...Pengurus Kim, kau ini ingin tahu saja” So Eun tertawa

“tentu saja...ini kejadian langka sekali, biasanya saya melihat nona bermuram durja, kalau pun senyum juga dipaksakan...”jawab Pengurus Kim

“benarkah aku seburuk itu? Sebenarnya aku bahagia kerna...tapi pengrus kim jangan bilang siapa-siapa ya...ini rahasia kita berdua” kata So Eun

“baiklah nona, saya janji...” balas Pengurus Kim

“Benar sekali tebakkan pengurus Kim, kalu aku bahagia karna....” gantung So Eun

“karna Nona berulang tahun hari ini ya nona?” tanya Pengurus Kim tak sabar menunggu jawabanya

“Itu juga sih...tapi aku lebih bahagia karna hari ini aku lalui bersama orang yang special bagiku” jawab So Eun tersenyum manis. “Dari pagi dia selalu membuatku tersenyum bahkan tertawa. Dia buatkan pesta kejutan untukku walaupun pertamakalinya aku kesal, tapi aku tau kalau dia hanya ingin membuatku tersenyum dan bahagia di hari ulang tahunku. Dilanjutkan dengan kepergian kami ke pasar hewan, melihat tampang seriusnya saat belajar dan melihat wajah terkejutnya saat ia diminta untuk menjadi pasanganku dalam pemotretan...membuatku tak bisa berhenti tersenyum, wajahnya slalu muncul dalam benakku” aku So Eun

“apakah yang Nona maksud Tuan muda Kim Bum?” tanya pengurus Kim penasaran

“Iya...dialah orangnya” jawab So Eun mantap

“Bagaimana bisa nona? Bukankah nona berpacaran dengan tuan muda Geun Suk” tanya Pengurus Kim agak khawatir

“Ntahlah pengurus Kim...aku tidak tau sejak kapan Ia berhasil mencuri hatiku, membuatku slalu memikirkan tentang dirinya dan slalu ingin didekatnya. Ntah mengapa saat bersamanya aku merasakan kedamaian, kenyamanan, kehangatan dan kasih sayang yang tulus. Walaupun tak jarang diantara kami sering ada sedikit marah-marahan, tapi selalu saja diakhiri dengan senyuman dan canda tawa. Aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, perasaan yang begitu indah bagiku. Hanya kepalsuan yang kurasakan saat bersama Geun Suk, dengannya aku tak merasakan seperti apa yang aku rasakan saat bersama Kim Bum. Apa aku mungkin jatuh cinta pada Kim Bum pengurus Kim?” ungkap So Eun.

“Wah...benarkah begitu nona? Saya rasa nona memang telah jatuh cinta pada tuan muda yang minumnya air dokter itu. Apalagi ini pertamakalinya nona merasakan perasaan seperti ini, bisa-bisa kalian adalah Soulmate. Tapi bagaimana dengan tuan muda Geun Suk, apakah nona mau menyakiti perasaanya?”

“itulah masalahnya pengurus Kim, aku tidak berani memutuskan hubungan ku dengan Geun Suk karna takut nanti akan membuatnya tersakiti, tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku yang sedang bergelora ini. Dari awal aku memang tidak mencintai Geun Suk tapi waktu itu aku berharap bisa mencintainya, namun rasa cinta itu tak pernah muncul untuk dirinya” ucap So Eun lemas

“Sudahlah nona...nona tidak usah khawatir, kalau nona dan tuan muda Kim Bum berjodoh, Tuhan akan membukakan jalan bagi kalian hingga saatnya kalian bersatu dalam peraduan cinta. Yakinlah bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk nona. Saya yakin kalau nona bisa mengambil keputusan yang bijak dalam hal ini, karna sekarang nona sudah tumbuh dewasa” kata Pengurus Kim menghibur

“benarkah Pengrus Kim...aku harap juga begitu” kata So Eun

“Sekarang sebaiknya nona pergi tidur, karna ini sudah tengah malam” pinta Pengurus Kim

“baiklah pengurus Kim...kau juga tidur juga ya...aku keatas dulu...” pamit So Eun lalu bergerak kekamarnya.

Flashback...

Saat sampai di pasar hewan Kim Bum langsung mengajak So Eun ketempat toko langganan ibunya. Di toko itu tidak saja menjual daging ayam dan sapi yang akan dimakan, tetapi juga menjual hewan yang patut untuk dipelihara atau dijadikan bahan eksperimentasi. Tak jarang mahasiswa kedokteran atau biologi datang ketoko itu untuk membeli hewan untuk penelitian mereka.So Eun kesulitan mengikuti langkah kim Bum yang cepat, apalagi pasar ini dipenuhi oleh orang. Tak jarang Kim Bum menghentikan langkahnya agar Ia bisa beriringan dengan So Eun, tapi ketika sudah mulai berjalan lagi, So Eun tertinggal lagi. Kim Bum tau ini baru kali pertama untuk So Eun menginjakkan kakinya di keramaian dengan suasana seperti ini, bau meyengat banyak hadir dari kotoran-kotoran hewan yang tidak dibersihkan oleh pemiliknya. Kadang tampak kerutan di kening So Eun. Melihat So Eun begitu Kim Bum berinisiatif untuk membuatnya tetap nyaman. Kim Bum pun meraih tangan So Eun dan mengenggamnya erat lalu menuntun So Eun berjalan. SO Eun membalas genggaman tangan Kim Bum dan mengikuti langkah Kim Bum yang menuntunya. Setelah sampai di sebuah toko yang berisi berbagai macam binatang baik yang mau disemblih, dipelihara atau untuk penelitian Kim Bum pun melepaskan tangan So Eun. Dia mengisyaratkan pada So Eun agar tetap berdiri disitu, setelah itu ia pergi ke dalam mencari si empunya toko.

Sepeninggal Kim Bum, So Eun berjalan pelan sambil mengamati binatang-binatang yang dilewatinya. Langkahnya berhenti ketika melihat seekor kucing putih dengan bulu lebatnya. So Eun mengelus kucing itu dengan penuh kasih sayang dan kekaguman akan keindahan ciptaan Tuhannya itu. So Eun semakin gemas saat kucing itu mengeong seperti mengucapkan terimakasih atas perlakuan So Eu terhadapnya. Kim Bum yang menyaksikan kejadian itu dari kejauhan terlihat senyam-senyum sendiri. So Eun tampak berdialog dengan kucing itu, Kim Bum pun tertawa kecil menyaksikannya.

“Hei...anak muda kau mau beli apa?” sapa pemilik toko menghancurkan perhatian Kim Bum kepada So Eun

“Bapak...saya mau beli katak hijau Pak” jawab Kim Bum ramah

“Sejak kapan keluargamu memakan katak hijau?” tanyan si pemilik toko yang bernama Lee Wong Houn

“Ah bapak...itu bukan untuk dimakan, tapi untuk tugas penelitianku” balas Kim Bum

“Ouh...begitu. Hmm, ngomong-ngomong wanita cantik di depan itu siapa?” tanya pak Lee

“Dia temanku...” jawab Kim Bum

“Benarkah Cuma teman?” tanya Pak Lee sedikit menyelidik.

“iya...” jawab Kim Bum gugub

Pak Lee berjalan mendekati So Eun yang sedang asyik berbicara dengan kucing tadi. Ternyata So Eun sangat menyukai kucing, itu tampak dari caranya yang berbicara dengan kucing seolah-olah mereka sedang mendiskusikan sesuatu. Kucing itu juga tampak bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari So Eun, walaupun jawabannya tetap sama yakni ‘Meong..meong..meong’, tapi sepertinya So Eun menangkap makna lain dari kata ‘Meong’ yang tentunya hanya dia yang tau. Kim Bum mengikuti Pak Lee ke arah So Eun.

“Hei nona cantik...anda ingin membeli sesuatu?” tanya Pak Lee menghentikan perbincangan antara So Eun dan kucing bermata biru tadi.

“Ah...iya..aku bersama Kim Bum kemari untuk membeli Katak hijau. Perkenalkan, nama saya Kim So Eun” jawab So Eun seraya membungkukkan badannya.

“jadi benar kalau kau pacarnya Kim Bum?” tanya Pak Lee sambil mengambil sebuah kandang berisi beberapa katak hijau.

“Pak Lee...kan tadi sudah ku bilang kalau dia itu temanku” ucap Kim Bum mewakili So Eun.

“Ah...aku tidak percaya ini, kau salah besar Bummie, kusarankan cewek secantik So Eun seharusnya kau jadikan pacar bukan hanya sekedar teman” kata Pak Lee dengan tampang serius yang membuat muka So Eun dan Kim Bum memerah.

“Aish...bapak ini, membuatku malu saja” ucap Kim Bum yang disambut dengan tawa oleh Pak Lee

“So Eun...aku beritahu padamu bahwa dia orang baik, wajahnya lumayan tampan, dia juga anak berbakti, otaknya juga terlalu encer, kau takan menyesal bila menjadi pacarnya” promosi Pak Lee sambil menunjuk kearah Kim Bum yang membuat Kim Bum mati gaya sedangkan So Eun hanya tertawa kecil mendengar ucapan Pak Lee itu.

“Baiklah Pak...akan saya pertimbangkan saran dari anda, terimakasih” jawab So Eun tertawa.

“Ini katak hijaunya...kalian tidak mau membeli yang lain?” tanya Pak Lee serambi menyerahkan bungkusan yang berisi seekor katak hijau

“tidak Pak...terimakasih” jawab Kim Bum menyerahkan uangnya.

“kami pergi dulu Pak” pamit So Eun dan Kim Bum menunduk, sebelum pergi So Eun juga berpamitan dengan lawan bicaranya tadi. Kucing itu mengeong dengan nada sedih melepas kepergian So Eun. Kim Bum melihat keberatan hati So Eun meninggalkan kucing itu.

So Eun meminta istirahat sebentar, Kim Bum mengabulkannya dan mengajak So Eun duduk di taman dekat pasar hewan itu. So Eun melihat di sekeliling taman, pandangannya berhenti di tempat panjual Es krim. Dia pun berlari ke tempat penjual Es krim itu, Kim Bum hanya menuruti So Eun menuju tempat penjualan Es krim. Tampak anak-anak berserta ibu mereka juga sedang mengantri untuk membeli es krim. Setelah mendapatkan Es krim yang diminatinya So Eun langsung meninggalkan gerobak penjual Es Krim lalu berjalan menuju tempat duduk yang ada di alun-alun taman tanpa mempedulikan Kim Bum. Kim Bum langsung membayar Es krim So Eun dan berlari menuju So Eun lalu duduk di sebelah So Eun yang kini menikmati Es Krim.

“Kim Bum...kamu tidak suka Es Krim ya?” tanya So Eun heran melihat Kim Bum tak membawa Es Krim

“Aku suka...” jawab Kim Bum singkat

“Lalu mengapa kau tidak membeli Es Krim?” tanya So Eun lagi

“tadi yang tersisa Cuma rasa kacang, aku alergi sama kacang” kata Kim Bum

“Ouh...jadi begitu...Kau mau merasakan punyaku?” tawar So Eun sambil menyodorkan Es Krimnya ke mulut Kim Bum.

“Ah...tidak usah, kau makan sendiri saja” tolak Kim Bum malu

“Tidak apa-apa, aku ikhlas kok...atau apa kau takut kalau aku akan menularimu penyakit? Aku sehat kok...” ungkap So Eun

“bukan...bukan begitu...” jawab Kim Bum

“atau kau juga alergi coklat?” tanya So Eun menikmati Es Krimnya lagi

“tidak...aku paling suka coklat” jawab Kim Bum.

“Kalau begitu cobalah ini, enak sekali...” tawar So Eun lagi

“Baiklah...” jawab Kim Bum, saat kim Bum akan meraih es krim di tangan So Eun lebih dulu menyodorkan esnya ke mulut Kim Bum untuk menyuapinya es itu. Kim Bum tersenyum dan mencoba es krim itu dari So Eun.

“Bagaimana? Enakkan?” tanya So Eun setelah Kim Bum memakan Es krimnya

“Enak sekali...” jawab Kim bum tersenyum

“tentu saja...Sudah ya, kau tidak boleh memintanya lagi” ucap So Eun menarik Es krimnya lalu mulai menikmati es krimnya kembali. Kim Bum hanya tersenyum memandang kagum pada wanita yang sedang memakan es krim disampingnya itu.

“mengapa kau memandang ku seperti itu?” tanya So Eun yang sadar dirinya dipandang Kim Bum

“ah, tidak...siapa yang memandangmu? kau GR sekali” jawab Kim Bum mengalihkan perhatiannya ke depan

“Kau ini munafik sekali, jelas-jelas tadi kau memandangku” ucap So Eun kesal. Kim Bum hanya tertawa kecil mendengar omelan So Eun.

“Oiya, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Kemana orang tuamu?” tanya Kim Bum

“Orangtuaku sekarang sedang di Jepang, mereka mengurus perusahaan yang ada disana, sampai-sampai meninggalkan ku sendiri disini” jawab So Eun dengan nada sedih sambil membuang tangkai eskrimnya yang telah habis.

“memangnya mereka sudah berapa lama tidak pulang?” tanya Kim Bum

“sudah satu tahun, tapi aku sudah terbiasa ditinggal. Kalau pulangpun mereka hanya sebentar disini, paling lama satu minggu. Makanya agar tidak merasa terlalu kesepian aku mau jadi artis agar aku memilki kesibukan. Kadang aku merasa tidak memiliki orangtua” ungkap So Eun dengan nada datar

“maafkan aku telah membuatmu sedih...” kata Kim Bum merasa bersalah

“Tidak apa-apa, aku malah senang kau mau mendengarku. Lalu bagaimana dengan mu, aku belum melihat Ayahmu?” balas So Eun nanya

“Ayahku sudah meninggal tiga tahun yang lalu...” jawab Kim Bum

“ah...maafkan aku, aku turut berduka...kalau aku bleh tau, apa penyebab ayahmu meninggal?” tanya So Eun

“Ayahku terkena serangan jantung...sebenarnya ia sudah lama mengidap penyakit itu, tapi saat mendengar bahwa uang perusahaannya dibawa oleh kariyawan kepercayaannya, penyakitnya langsung kambuh dan semakin parah. Saat dirawat ayahku mengalami kebangkrutan dan tak lama setelah itu Ia meninggal...rumah kami beserta isinya disita oleh bank, untung saja motor ku tidak mereka bawa juga karna itu hadiah ulangtahunku dari ayah...makanya aku sekarang ingin sekali menjadi pengusaha sukses seperti ayahku dan aku ingin membuktikan kepada ayah kalau aku adalah anaknya yang dapat ia banggakan. Dulu ayah sering bilang kalau ingin menjadi sepertinya aku harus menjadi orang pintar” terang Kim Bum panjang lebar

“sepertinya ayahmu sangat menyayangi kalian...beda dengan orangtuaku yang hanya sibuk dengan pekerjaannya tanpa peduli kalau anak mereka kekurangan kasih sayang” kata So Eun

“Kau tidak bisa menyamakan orangtuamu dengan ayahku, mungkin mereka memang tak bisa mempercayai seseorang untuk menghandel perkerjaan yang besar, mereka takut kalau-kalau terjadi penipuan atau seperti yang dialami ayahku. Makanya mereka mengurus semuanya sendiri. Kalau soal kasih sayang ini hanya persoalan waktu, nanti apabila mereka menemukan orang yang dapat mereka percaya untuk mengelola perusahaan mereka yang telah dibangaun susah payah untukmu, merekapun akan menghabiskan sisa waktunya denganmu, jadi kau tidak perlu terlalu menghakimi orangtuamu, aku yakin mereka sangat menyayangimu” hibur kim Bum

“Iya, aku tau...” balas So Eun

“Sudahlah...ayo kita kerumahmu mengerjakan tugas ini” ajak Kim Bum, So Eun membalas dengan anggukan tanda setuju.

Kini mereka berjalan beriringan menuju motor Kim Bum. Sesekali mereka tampak saling melempar senyuman satu sama lain. Kim Bum memberikan helm kepda So Eun. Setelah keduanya naik motor Kim Bum tidak langsung menghidupkan motornya. Ia menyuruh So Eun menunggu sebentar sepertinya Ia lupa sesuatu. Kim Bum berlalu memasuki pasar hewan. So Eun menunggu dengan setia. Kim Bum kembali dengan membawa sesuatu bingkisan lalu memberikan bingkisan itu kepada So Eun.

“Apa ini?” tanya So Eun bingung sambil menerimanya

“itu kado dariku...” ucap Kim Bum seraya memasang helmnya

“terimakasih...apa aku boleh melihat isinya, ini agak berat” jawab So Eun tersenyum

“ nanti saja kalu sudah sampai dirumahmu kita buka” suruh Kim Bum

“Baiklah...” ucap So Eun menaiki motor Kim Bum. Tidak begitu lama mereka sampai dirumah So Eun. So Eun bergegas masuk rumah yang diikuti Kim Bum dari belakang.

“sekarng apa aku boleh membukanya?” tanya So Eun kepada Kim Bum

“tentu saja...” jawab Kim Bum tersenyum. So Eun mulai membuka sebuah kotak besi berukuran seperti kandang yang dibungkus oleh kertas kado. So Eun terkejut melihat isi kandang tersebut. Ternyata Kim Bum menghadiahkan seekor Kucing berbulu lebat dan lembut yang memiliki mata hijau dan warna bulu putih bersih. So Eun mengeluarkan kucing itu dari kandangnya lalu menggendongnya penuh kelembutan. Kucing itu mengeong gembira tapi So Eun lebih gembira lagi.

“Kucing siapa itu Nona?” tanya Pengurus Kim yang muncul tiba-tiba dari belakang sambil membawakan jus.

“hei...pengurus Kim, ini kucingku...hadiah dari Kim Bum” ucap So Eun tertawa sambil menunjukan kucingnya

“wah...kucing ini cantik sekali...siapa namamu?”tanya Pengurus Kim kepada kucing itu. Kucing menjawab dengan meongan cerianya

“iya...dia harus di berinama, menurutmu apa nama yang cocok untuknya?” tanya So Eun kepada Kim Bum

“aku tidak tau, terserahmu saja...” kata Kim Bum yang kini memulai penelitiannya, sedangkan So Eun masih sibuk dengan kucing barunya.

“baiklah kalau begitu...pengurus Kim, mulai sekarang kau boleh memanggilnya denngan nama Sang Eun” ucap So Eun semangat

“Sang Eun...nama yang bagus, kira-kira apa ya makna namamu? ” tanya Pengurus kim lagi pada si kucing.

“makna namaku adalah gabungan nama pemilikku Kim Sang Bum dan Kim So Eun pengurus Kim...” jawab So Eun mewakili Sang Eun

“ouh...baiklah Sang Eun, aku harus bekerja kembali. Selamat menjalani hari-harimu disini” pamit pengurus Kim.

“Sang Eun...mulai sekarang kau panggil aku Omma dan orang yang sibuk membedah katak itu aboji ya...kami adalah orangtuamu sekarang” bisik So Eun kepada Sang Eun. Sang Eun mengeong ceria. “Lihatlah abojimu itu...dia serius sekali mengerjakan tugas kami...tapi dia terlihat sangat tampan bukan?”tambah So Eun tersenyum takjub memandang Kim Bum yang kini sibuk dengan tugasnya sambil mendengarkan musik lewat MP4nya. “Sang Eun...ayo ganggu aboji mu. Ini perintah!” kata So Eun melepaskan Sang Eun dari pangkuannya. Sang Eun pun berlari ketempat Kim Bum dan duduk di pangkuan Kim Bum sambil mengeong manja.

“Hai...kucing cantik, mengapa kau kesini? Mohon jangan ganggu aku dulu ya...aku mau menyelesaikan tugas ku dulu, nanti kalau sudah selesai aku janji akan main denganmu. Sekarang main bersama So Eun dulu ya...” suruh Kim Bum sambil mengelus lembut Sang Eun. Sang Eun mengeong kecewa dan berjalan kembali pada So Eun.

“Sang Eun...kau jangan sedih, aboji mu memang begitu...apabila sudah mengerjakan sesuatu dia akan terfokus dengan pekerjaannya itu sampai selesai. Kau jangan takut, jika dia selesai pasti akan bermain dengan mu, sekarang kita pergi kekamarku saja yah, temani aku tukar baju...” ajak So Eun menggendong Sang Eun pergi kekamarnya meninggalkan Kim Bum yang asyik dengan tugasnya.

“Huft...akhirnya selesai juga,..So Eun kau dimana?” teriak Kim Bum

“sebentar...aku akan turun... ” jawab So Eun dar atas

“Cepatlah...” perintah Kim Bum

“Iya...iya...” jawab So Eun berlari kebawah bersama Sang Eun dalam pangkuannya

“Tugas kita sudah selesai...aku pualang dulu ya...” kata Kim Bum setelah So Eun berada didepannya.

“Hei...kau tidak bisa pulang begitu saja, bukankah kau berjanji pada Sang Eun akan bermain bersamanya selesai buat tugas?” kata So Eun sedikit kesal

“Sang Eun? Siapa Sang Eun?” Kim Bum bingung

“Lihat abojimu itu, bahkan dia tidak tau namamu...” kata So Eun kepada Sang Eun

“Aboji?” Kim Bum berpikir keras

“Sang Eun adalah nama kucing ini, aku yang memberinya nama itu, gabungan nama kita. Aboji panggilan Sang Eun pada mu, sedangkan padaku Sang Eun memanggil Omma...” jelas So Eun

“apa? Dia memanggilku aboji? Dan memanggilmu omma? berarti kita suami istri yang memiliki anak seekor kucing bernama Sang Eun...” kata Kim Bum tertawa

“maksudku kita orangtua asuhnya” jawab So Eun kesal

“Wah..berarti kita keluarga kecil yang bahagia...baiklah Sang Eun kau mau main apa?” tanya Kim bum kepada Sang Eun sambil membawa Sang Eun kepangkuannya. Sang Eun hanya mengeong manja setelah berada dipangkuan kim bum. Mereka pun bermain bersama. Sedang asyik bermain ponsel So Eun berbunyi, ternyata dari menejer Park. So Eun pergi menjauh Kim Bumdan Sang Eun mengangkat untuk mengangkat ponselnya.

“halo menejer Park...ada apa?” tanya So Eun

“So Eun apa kau sibuk hari ini, ada satu majalah yang memintamu untuk menjadi modelnya, tapi pemotretannya sekarang karna majalah ini akan terbit besok” ucap menejer Park dibalik telepon

“Apa? Mendadak sekali, hari ini aku kan hari ulang tahunku, aku mau libur saja” tolak So Eun

“So Eun ku yang cantik...aku mohon pada mu, ini kesempatan besar karna bayarannya juga besar dan majalhnya juga terkenal, ayolah So Eun...bantu aku ya, aku telah menyetujuinya tadi, kau langsung saja pergi ketempat pemotretan akan aku berikan alamatnya” pinta menejer park

“Baiklah...” kata So Eun lemas

“terimakasih So Eun...” jawab Menejer park gembira

“Kim Bum...aku ada pemotretan mendadak, kalau kau mau pulang, pulang saja...” kata So Eun.

“Kau pergi dengan siapa?” tanya Kim Bum

“Sama pak jang dan mobilku” jawab So Eun

“apa kau mau kutemani? Kau pergi dengan ku saja” tawar Kim Bum

“apa tidak merepotkan? Aku mungkin sampai malam” tanya So Eun

“Tentu saja tidak, lagian aku tidak akan kemana-mana lagi” jawab Kim Bum

“Baiklah ayo kita pergi...”ajak So Eun. “Sang Eun, kau dirumah bersama Pengurus Kim ya,...Omma dan aboji pergi sebentar ” kata So Eun berpamitan pada Sang Eun. Sang Eun tersenyum geli mendengar ucapan So Eun. Setelah sampai ditempat pemotretan So Eun langsung dirias. Beberapa menit dirias So eun pun melakukan pemotretan beberapa sesi dengan kostum yang berbeda.

Menejer Jang tampak sigap mengurusi semua kebutuhan So Eun. Kim Bum hanya terpaku kagum memandangi So Eun yang sedang melakukan pemotretan. Tiba-tiba pemotretan di hentikan, produsernya mengatakan bahwa model lelakinya mengalami kecelakaan dijalan, jadi dia tidak bisa datang. Semua ribut mencari penggantinya. Pandangan produsernya berhenti pada Kim Bum, dia mendekati kim Bum dan memperhatikan Kim Bum dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kim Bum terheran.

“kau siapa?” tanya produsernya

“ aku Kim Bum teman So Eun” jawab Kim Bum

“So Eun bisakah aku meminjam temanmu menjadi modelnya? Dia memenuhi syarat untuk menjadi model” teriak Produser itu ke So Eun

“Apa? Aku menjadi model? Anda salah besar, aku tidak ada pengalaman dalam dunia model. Mimpi saja tidak pernah” jawab kim Bum mewakili So Eun

“tidak apa-apa menjadi model itu murah saja, kau hanya perlu mendengarkan arahan fotografer dengan baik. Aku mohon pada mu, majalah kami akan terbit besok,aku akan melebihkan sedikit bayaranmu” pinta produser

“Tidak apa-apa Kok Bum, aku akan mengajarimu...Kau coba saja dulu, agar pemotretan ini cepat selesai” kata So Eun asal. Kim Bum tidak bisa percaya dengan jawaban So Eun.

Kim Bum ditarik menejer Park ketempat rias. Kim Bum masih enggan, tetapi produser itu memohon hingga Kim Bum dengan berat hati melakukannya. Dia pun menjalani sesi-sesi pemotertan, dengan baik Kim Bum bisa melakukan arahan dari fotografernya.

Kini gantian So Eun yang terkagum-kagum memandang Kim Bum. Setelah itu mereka foto bareng, mereka dengan mudah melakukannya, ekspresi natural mereka membuat fotografer tidak kesulitan mengarahkan dan berdecak kagum.

Hingga sampai pada kesimpulan bahwa mereka pasangan model yang serasi. Kim Bum menerima uangnya yang langsung diberikan kepadanya karna dia belum punya menejer. Si produser sangat berterimakasih kepada Kim Bum karena semua foto yang dicetak bagus, hingga fotografer sulit menentukan mana yang harus masukan kedalam majalah.

“Terimakasih untuk hari ini, aku sungguh sangat bahagia...” kata So Eun pada Kim Bum setelah sampai dirumahnya.

“Sama-sama, aku juga sangat bahagia, apalagi aku mendapat bayaran yang lumayan besar...itu berkat dirimu” ucap Kim Bum

“Tidak...itu berkat kerja kerasmu sendiri...” balas So Eun

“baiklah...aku pulang dulu, hari sudah larut malam, kau pergilah tidur...salam untuk Sang Eun” kata Kim Bum

“Iya, kau hati-hati di jalan...” ucap So Eun lalu berjalan membuka pintu rumahnya

“So Eun...semoga mimpi indah...bye...” teriak Kim Bum mengeluarkan senyuman mautnya

“Bye...” balas So Eun tersipu malu melambaikan tangannya kearah Kim Bum.

Flashback End...

Bersambung

Wah...Kim Bum jadi model amatiran...

Hubungan mereka pun semakin dekat,

Geun Suk kembali... So Eun pun menjadi Dilema

Bisakah mereka tetap dekat...?