26 Juli 2010

Pesta Tabuik di Pariaman





A. Pengertian Tabuik

Secara singkat Tabuik dapat di artikan arak-arakan. Maksud arak-arakan di sini ialah sebuah benda yang di pamerkan dangan mengangkatnya bersama-sama melewati jalur yang telah ditentukan, lengkap dengan musik tradisional dan sorak-sorakan dari pengangkat benda tersebut.

Secara defenisi, Tabuik adalah permainan anak nagari Pariaman yang telah menjadi adat-istiadat (kebudayaan) dan diselenggarakan setiap tanggal 1-10 Muharam. Penyelenggaraan Pesta Tabuik Piaman ini melalui prosesi yang cukup panjang. Prosesi pelaksanaan (ritual) tabuik ini dimulai dari pembuatan Daraga, Maambiak Tanah, Manabang Batang Pisang, Maarak Panja (jari-jari dan sorban), Maatam, Maradai, Naik Pangkek, Hoyak Tabuik dan diakhiri dengan Pembuangan Tabuik ke laut Pantai Gandoriah pada saat matahari terbenam, yang diiringi dengan gandang tasa (alat misik tradisional).

B. Sejarah Tabuik

Menurut sejarahnya tabuik berasal dari orang India yang tergabung dalam pasukan “Islam Tamil” yang di pimpin oleh “Thomas Stamford Raffles” pada masa kolonialisme Inggris di Bengkulu (1826). Setelah perjanjian London pada 17 Maret 1829, Bengkulu jatuh ketangan kolonial Belanda dan Inggris menguasai Singapura. Hal itu menyebabkan pasukan Tamil yang ada di Bengkulu menyebar di pulau Sumatera, sala satu tempat singgah mereka adalah Pariaman. Pariaman saat itu terkenal sebagai pangkalan laut (pelabuhan pangkalan laut) yang cukup ramai.

Sesampai di Pariaman tradisi Tabuik tetap mereka lakukan, sehingga sejak saat itu perayaan tabuik menjadi budaya masyarakat Pariaman. Dimana saat itu masyarakat yang ada di Pariaman belum memiliki kebudayaan yang unik seperti Tabuik. Karena untuk pertamakalinya penduduk di Pariaman melihat tabuik, mereka langsung tertarik dan menjadikan Tabuik sebagai kebudayaan mereka.

Sebagaimana diketahui makna dari peringatan Tabuik adalah dalam rangka memperingati kematian Hassan dan Hussen cucu Nabi Muhammad SAW dalam perang Karbala di Madinah, dimana saat itu peperangan antara bani Umaiyah dari Syria dibawah kepemimpinan Raja Yazid dengan kelompok Islam yang dipimpin oleh Hassan dan Hussen, yang menimbulkan kematian yang menggenaskan di pihak Hussen. Namun, berkat pertolonga Allah SWT, jenazah Hussen tiba-tiba diusung ke langit dengan menggunakan kendaraan “Bouraq” sejenis binatang berbadan kuda tegap, berkepala manusia serta mempunyai dua sayap lebar membawa sebuah peti jenazah yang berumbul-umbul seperti payang mahkota warna-warni. Inilah yang disebut Tabuik.

C. Bagian-Bagian Tabuik

Tabuik terdiri atas beberapa bagian, yang mana disetiap bagian tersimpan makna tersendiri. Berikut penjelasan serta makna bagian-bagian dari Tabuik:

1. Puncak (mahkota) Tabuik, puncak tabuik ini melambangkan kepemimpinan dan merupakan tempat untuk mendapatkan perlindungan

2. Gomaik yaitu penyangga bawah mahkota tabuik, gomaik ini merupakan cerminan suatu tindakan yang berlandaskan pada kebenaran

3. Pankat Atas (pangkek ateh), yang melambangkan unsur dalam masyarakat yang bersatu sesuai dengan fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.

4. Pangek Bawah yang mencerminkan untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai harus melalui musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan bersama.

5. Bouraq adalah ilustrasi seekor kuda yang memiliki sayap dan berwajah manusia, yang melambangkan arak-arakan membawa peti yang dalam filosofi Minang sebagai Ninik Mamak yang mencerminan kearifan dan kemampuan.

D. Prosesi Pelaksanaan Tabuik

Dalam pelaksanaannya prosesi tabuik melalui beberapa tahapan ritual-ritual. Berikut penjelasan lengkap ritual atau prosesi yang harus dilakukan:

1. Membuat Daraga

Daraga adalah sebuah rumah yang terbuat dari bambu yang merupakan bahan tradisi yang telah ditetapkan untuk pembuatan daraga. Daraga dibuat dari tiga hari sebelum prosesi pembuatan Tabuik. Daraga adalah suatu tempat dimana pekerjaan membuat, menyimpan dan menyelesaikan tabuik sampai prosesi yang mulai dikerjakan pada 1 Muharam.

2. Maambiak Tanah (Mengambil Tanah)

Aktifitas mengambil tanah dilakukan pada sore hari tanggal 1 Muharam, dilakukan dengan suatu arak-arakan yang dimeriahkan bunyian gandang tasa. Mengambil tanah dilaksanakan oleh dua kelompok tabuik, yaitu kelompok “Tabuik Pasar” dan kelompok “Tabuik Subarang”, masing-masing kelmpok mengambil tanah pada tempat (anak sungai) yang berbeda dan berlawanan arah.

Pengambilan ini dilakukan oleh seorang laki-laki (pada umumnya orang dari keluarga tempat rumah tabuik atau daraga) dengan memakai kain putih. Kain putih yang berarti kejujuran dari kepemimpinan Hussen. Tanah yang diambil diletakan dalam daraga.

3. Manabang Batang Pisang (Pemotonan Pohon Pisang)

Menebang pohon pisang ini dilakukan oleh seorang laki-laki dengan memakai pakaian silat, silat adalah seni bela diri tradisional dari Minangkabau. Ia memotong pohon pisang itu dengan menggunakan sebuah pedang tajam yang menandakan ketajaman pedang Hussen. Ritual menebang batang pisang ini dilaksanakan pada tanggal 5 Muharam.

4. Maatam

Prosesi maatam ini dilaksanakan setelah sholat dzhuhur pada tanggal 7 Muharam dengan membawa peralatan ritual tabuik berjalan mengelilingi Daraga yang menggambarkan kuburan Hussein. Prosesi ini dilaksanakan oleh anggota rumah tabuik, ini menandakan kesedihan yang mendalam atas kematian Hussein.

5. Maarak Panja

Maarak Panja (maarak jari-jari) merupakan kegiatan membawa tiruan jari-jari Husein yang tercincang pada perang Karbala. Kegiatan ini ditujukan untuk menginformasikan dan membuktikan kepada khalayak ramai betapa kejamnya seorang Raja Yazid yang membunuh Hussein pada perang Karbala tersebut.

Kegiatan ini juga diiringi oleh miniature Tabuik yang diarak keliling wilayah Pariaman tempat beradanya rumah pembuatan Tabuik. Dan tak jarang orang yang maarak panja ini singgah di setiap rumah yang dilewatinya sambil meminta sumbangan. Sumbangan ini tidak dibatasi nilainya, tergantung dari si pemberi mengasihnya berapa. Tidak tinggal juga permainan alat musik tradisional dalam kegiatan ini yaitu “Gandang Tasa” , yang meramaikan hoyak Tabuik miniature ini. Gandang tasa ini dimainkan oleh 5-7 orang laki-laki.

6. Maarak Saroban

Maarak Saroban adalah kegiatan yang bertujuan menginformasikan kepada seluruh anggota masyarakat hal tentang penutup kepala (saroban) Hussein pada saat Ia berperang di perang Karbala. Dimana pada perang itu Hussein terbenuh dengan keadaan yang tragis dan tidak wajar yang masih menggunakan sarobannya. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 8 Muharam, dari pagi hari sampai malam harinya.

Maarak Saroban ini hampir sama dengan acara Maarak Panja (Maarak Jari-jari). Bahwa kegiatan ini juga diiringi oleh miniature Tabuik dan Gandang Tasa sambil sorak sorai para pembawa peralatan musik ataupun miniature tersebut. Namun pada prosesi ini tidak dilakukan pemungutan uang (sumbangan) kepada pemilik rumah-rumah yang dilewatinya.

7. Tabuik Naik Pangkat

Tabuik naik pangkat adalah proses penyatuan antara bagian bawah Tabuik dan bagian atas Tabuik disatukan menjadi sebuah Tabuik utuh, karena Rumah Tabuik tidak dapat menampung Tabuik yang setelah utuh mencapai tinggi 2 meter lebih itu.

Acara Tabuik Naik Pangkat ini, diadakan pada tanggal 10 Muharam setelah shalat subuh yaitu dini harinya. Dua bagian dari tabuik itu dibawa ketempat penyatuannya, dan seiring terbitnya matahari Tabuik diusung kerena (jalan) tempat perayaan tabuik.

8. Festival Tabuik (Pesta Tabuik)

Sepanjang hari pada tanggal 10 Muharam, mulai dari pukul 09.00 WIB pagi sampai sorenya dua tabuik dari dua daerah berbeda di dalam kota besar Pariaman yaitu Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa, menyuguhkan kepada pengunjung kiasan dari perang Karbala dimana Hussein dibunuh oleh Raja Yazid. Dua tabuik itu dihoyak-hoyak dan diadu seperti menggambarkan peperangan karbala ditambah dengan suara gandang tasa dan sorak sorai para pengunjung menjadikan acara ini lebih semarak dan serasa nyata ada sebuah perang.

Setelah sampai di pantai Gandoriah Pariaman, peperangan dilanjutkan oleh para pengunjung. Perang ini dilakukan dengan saling melempar pasir antara pengunjung dan tak jarang para turis yang melihat pun menjadi sasaran pelemparan pasir tersebut, yang membuat Suasana semakin semarak dan tak tergambarkan sedikitpun diwajah pengunjung kemarahan, yang terlihat hanya kegembiraan yang mendalam dari pengunjung.

9. Tabuik Dibuang ke Laut

Setelah perhelatan tabuik selesai dan perang antara dua tabuik dan pengunjung itupun telah selesai, pada pukul 18.00 WIB ketika matahari mulai terbenam dua tabuik tersebut dibawa bersama-sama ke laut dengan diiringi oleh gandang tasa yang dimainkan dengan keras sehingga pengunjung pun terbawa suasana sambil bersorak-sorai.

Saat matahari terbenam kedua tabuik yaitu tabuik Subarang dan tabuik Pasa dilemparkan kelaut, para pengunjung pun berhamburan kelaut untuk mengambil bagian-bagian tabuik yang masih utuh, biasanya untuk di pajang di rumah mereka. Dan tak jarang pula yang dari kampong pelosok negeri Pariaman ada semacam kepercayaan rakyat. Pembuangan tabuik ini merupakan prosesi akhir dari festival tabuik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar