30 Oktober 2010

Cerbung




The Way Of Love [Part 7]

Minggu pagi So Eun telah dikejutkan oleh kedatangan seseorang. Geun Suk telah kembali dari pelatihan basketnya. Jam baru menunjukan pukul 7 pagi, namun Geun Suk telah duduk manis di ruang tamu rumah So Eun menggunakan pakaian olah raga. Geun Suk mengajak So Eun pergi joging bersama. Pertamanya So Eun menolak karena semalam dia tidak bisa tidur karena terus terpikirkan hari indahnya bersama Kim Bum, tetapi Geun Suk tetap bersikeras yang membuat So Eun hanya pasrah mengikuti kehendak Geun Suk. Geun Suk sangat setia menantikan So Eun bersiap-siap, So Eun pun selesai dan mereka pergi jogging bersama. Setelah satujam berlari kecil, So Eun meminta istirahat kepada Geun Suk. Mereka berhenti di sebuah taman dan duduk di kursi yang ada disana.

“So Eun...megapa dari tadi kau diam saja? Apa kau tidak merindukanku?” tanya Geun Suk membuka pembicaraan.

“Ah...tentu saja aku merindukanmu” dusta So Eun

“benarkah? Tapi mengapa sepertinya kau tidak bersemangat? Padahal aku baru saja balik dari pelatihan” tanya Geun suk lagi

“Oh...itu karena aku sedikit lelah karena kemaren aku pemotretan sampai larut malam” jawab So Eun

“So Eun...” panggil Geun Suk lembut

“ya...” balas So Eun memandang Geun Suk. Geun Suk meraih tangan So Eun dan menggenggamnya erat.

“aku sangat merindukanmu...” ucap Geun Suk tersenyum.

“aku juga...”So Eun membalas senyuman Geun Suk agak khawatir

Geun Suk menatap lekat So Eun, perlahan-lahan wajahnya mulai mendekat kewajah So E un. So Eun mulai khawatir, Ia tau pasti apa yang akan dilakukan Geun Suk padanya. Hampir saja bibir Geun Suk mendarat dibibirnya So Eun langsung memalingkan mukanya kedepan untuk mengelakan kejadian yang tidak Ia inginkan terjadi. Geun Suk kecewa dengan penolakan So Eun tapi ia berusaha tetap tersenyum. So Eun sangat bersyukur dapat terhindar dari ciuman itu karena ia berjanji akan memberikan ciuman pertamanya pada orang yang benar-benar ia cintai. Geun Suk mengajak So Eun pulang setelah mereka puas berbincang dan sarapan di sebuah warung. Geun Suk mengantarkan So Eun pulang.

Sesampainya dirumah So Eun lansung melompat ketempat tidurnya lagi. So Eun sekarang merasa sangat lelah, ekspresinya tak memancarkan keceriaannya lagi. Matanya serasa mengangkat benda seberat 5kg sehingga tidak bisa melek lagi. Sementara itu, Kim Bum sedang bekerja di restoran tempat biasa kerja part time, karena kemaren ia minta izin maka sekarang ia bertugas membuka restorant itu dan juga menutupnya. Dengan kata lain hari ini Kim Bum tidak bekerja Part time tapi seharian ia bertugas menjaga restorant itu.

Jam telah menunjukan pukul 3 sore, So Eun masih tertidur pulas dikamarnya. Melihat nonanya tak keluar-keluar dari kamarnya pengurus Kim merasa khawatir. Apalagi So Eun belum makan siang. Pengurus Kim pergi menghampiri kamar So Eun untuk mengetahui ada apa gerangan nona mudanya itu tidak keluar. Mendapati So Eun yang masih tertidur, pengurus Kim membangunkan So Eun untuk makan siang. So Eun pun terbangun langsung ia pergi mandi, pengurus Kim membersihkan kamar So Eun. Selesai mandi So Eun lansung pergi kebawah mencari makanan, dibawah ia mendapati meja makan penuh dengan makanan, Ia hanya tinggal melahap makanan yang ia suka.

Setelah makan So Eun mencari-cari Sang Eun yang dari pagi tadi belum sempat ia sapa. So Eun pusing mencari dimana Sang Eun, namun Sang Eun tidak menjawab panggilan So Eun. So Eun mulai khawatir tentang keberadaan Sang Eun, pengurus Kim dan semua pelayan ikut membantu So Eun mencari Sang Eun. Mata So Eun mulai berkaca-kaca, dia takut kalau-kalau Sang Eun hilang Kim Bum akan marah padanya tapi diluar itu So Eun benar-benar menyayangi Sang Eun, karna Sang Eun adalah hadiah yang sangat berarti dari orang yang juga amat berarti baginya. Kesedihan So Eun tidak berlanjut kerena salah satu pelayanya berhasil menemukan sang Eun yang sedang main di taman rumahnya. So Eun sangat senang langsung membawa Sang Eun kepelukannya seraya berterimakasih kepada pelayannya itu. So Eun menghabiskan waktunya bermain dengan Sang Eun, karena saat bersama Sang Eun ia merasa ada Kim Bum bersama mereka.

So Eun akan tidur, tapi terlebih dahulu ia menidurkan Sang Eun. Setelah melihat Sang Eun tertidur pulas So Eun pun pergi kekamarnya. So Eun teringat Kim Bum, bayangan Kim Bum menari dipelupuk matanya. Rindu pada Kim Bum kini merasuki hatinya. Ia segera mencari ponselnya. Ia ingin menelepon Kim Bum untuk mengurangi rasa kangen yang bersarang dihatinya. Dia melihat ponselnya, ternyata ada tiga panggilan tidak terjawab yang ternyata panggilan dari Kim Bum. Alangkah bahagianya So Eun menerima kenyataan bahwa Kim Bum telah meneleponnya. So Eun segera mengetik sms untuk Kim Bum.

Annyeong...Kim Bum, maaf aku tidak mengangkat telepon mu tadi karena ponselku tinggal di kamar.

Send to: Kim Bum

From ; So Eun

So Eun harap-harap cemas menunggu balasan dari Kim Bum, tapi tidak juga datang balasan darinya. So Eun menghempaskan tubuhnya ke atas kasurnya. Matanya tidak lepas dari ponselnya, namun belum ada tanda-tanda balasan dari Kim Bum. Tak lama setelah itu, ponsel So Eun pun berbunyi, So Eun sesegera mungkin melihat ponselnya. Tertulis “Kim Bum calling” di layar ponselnya, ia tidak langsung mengangkat telpon itu, ia jingkrak-jingkrak kegirangan diatas kasurnya.

“Annyeong...” sapa So Eun mengangkat telpon Kim Bum

“Annyeong...mengapa lama sekali baru mengangkat?” tanya Kim Bum sedikit kesal

“Maaf...aku tadi di luar” dusta So Eun

“Oh...begitu...memangnya kau sekarang dimana?” tanya Kim Bum

“Aku sekarang sedang di kamar, tadi aku diluar bermain dengan Sang Eun. Ada apa kau menelpon ku? Apa kau merindukanku?” goda So Eun

“Aish...kau ini Pd sekali, aku merindukan Sang Eun, apa dia ada bersama mu?” kata Kim Bum

“Sang Eun sudah tidur...” jawab So Eun agak ketus

“Hei...mengapa ketus begitu... jangan bilang kau cemburu pada Sang Eun” ucap Kim Bum

“siapa yang cemburu, lagian untuk apa aku cemburu?” kata So Eun marah

“asal kau tau, aku menelpon karena aku memang merindukanmu dan aku juga tau kalau kau sedang merindukanku” aku Kim Bum. So Eun tidak menjawab Ia hanya tersenyum malu mendengar kata-kata Kim Bum.

“Sudahlah...sekarang pergilah tidur karena besok kita akan sekolah...semoga mimpi indah...sampai bertemu di sekolah...bye...” lanjut Kim Bum

“Bye...semoga kau juga mimpi indah” balas So Eun sedikit manja. Kim Bum mematikan panggilannya, kini mereka tertidur dengan perasaan yang berbunga-bunga.

So Eun berjalan menelusuri lorong-lorong sekolah menuju kelasnya. Alangkah terkejutnya So Eun melihat segerombolan murid cewek diluar kelasnya. Ia menghampiri gerombolan cewek sedang memperhatikan sesuatu yang ada dalam kelasnya. Saat cewek-cewek itu menyadari kedatangan So Eun, mereka langsung mengelilingi So Eun untuk mengintrogasi So Eun.

“So Eun apakah benar foto yang di majalah ini si Kim Bum teman sekelasmu itu?” tanya salah satu cewek sambil menunjukan foto Kim Bum yang ada dimajalah

“Ah..iya, itu memang Kim Bum, memangnya kenapa?” jawab So Eun balik nanya

“Tidakkah kau menyadari kalau dia begitu tampan?Kyaa...Dia tampan sekali” kata cewek lainnya

“bukankah dari dulu dia juga begitu, kalian saja yang tidak menyadari...” jawab So Eun ringan

“ouh...benarkah...So Eun tolong kami panggilkan Kim Bum, kau kan teman sekelasnya, dari tadi kami memanggilnya,tapi tidak ada respon darinya. Kami minta tolong bujukan dia untuk mau bertemu dengan kami sebentar saja” pinta mereka pada So Eun

“baiklah kalau begitu kalian tunggu disini ya” suruh So Eun

So Eun melangkah dengan pasti menuju bangkunya. Saat melihat Kim Bum yang asyik membaca komik kesayangannya ‘Conan’ sambil mendengarkan musik dari MP4 miliknya. Pantas saja Kim Bum tidak mendengar panggilan dari cewek-cewek diluar karena ia sedang sibuk membaca, pikir So Eun. Sekarang So Eun berada di samping Kim Bum, Ia melepas mini speaker yang sedari tadi bersemayam di telinga Kim Bum. Kim Bum terkejut dengan ulah So Eun. So Eun menunjuk kearah pintu masuk kelas, Kim Bum lebih terkejut lagi melihat segerombolan cewek tersenyum manis kearahnya bahkan ada yang meneriaki namanya.

“Siapa mereka?”tanya Kim Bum pada So Eun

“penggemarmu...” jawab So Eun singkat

“penggemarku? Kau ini bercanda ya, memangnya aku artis sepertimu memiliki penggemar segala” ucap Kim Bum

“kau sudah lupa kalau foto-fotomu dimuat dalam majalah, kau harus siap terkenal...sana hampiri mereka, mereka sangat ingin bicara denganmu” suruh So Eun

“apa aku harus melakukan itu?”tanya Kim Bum khawatir

“tentu saja...” kata So Eun meyakinkan Kim Bum. Mulai saat itu Kim Bum menjadi terkenal dikalanagan remaja korea.

Saat jam istirahat Kim Bum tidak pergi keatap, dia ingin menenangkan hatinya yang terbakar api cemburu melihat Geun Suk menjeput So Eun untuk pergi beristirahat seperti biasa. Padahal selama ini Kim Bum bisa merelakannya, tapi sekarang mengapa ia begitu marah kalau melihat So Eun bersama Geun Suk. Untuk meredamkan amarahnya sekaligus menghindari cewek penggemarnya Kim Bum pergi ke perpustakaan. Ia yakin kalau penggemarnya tidak akan mengikutinya sampai pustaka pasalnya penjaga pustakanya galak, apabila ia mendengar sedikit bunyi berasal dari kita, maka kita akan diusir. Sedang asyiknya membaca, Kim Bum merasakan ponselnya bergetar. Ia segera keluar untuk mengangkat telepon itu. Dilihatnya ternyata itu telpon dari So Eun, Kim Bum segera mengangkatnya.

“Kim Bum...kau dimana, kenapa tidak ada di atap?”ucap So Eun terisak dibalik telepon

“So Eun...kau kenapa menangis? Aku sedang diperpustakaan sekarang” jawab Kim Bum cemas

“aku membutuhkanmu sekarang, cepatlah keatap!” suruh So Eun masih menagis

“Iya...tunggu aku disana ya...” kata Kim Bum yang langsung berlari keatap. Sampai diatap Kim bum menemukan So Eun sedang menangis. Kim Bum langsung menghampiri So Eun.

So Eun...kau kenapa menangis? ” tanya Kim Bum setelah berada di samping So Eun. Terlihat So Eun seikit lega dengan kehadiran Kim Bum.

“aku putus dengan Geun Suk...” kata So Eun menangis lebih keras. Kim Bum memasukan tanganya kedalam sakunya.

“Aish...Cuma karna itu Kau menangis, kau ini lucu sekali, bukankah kau yang bilang sendiri kalau kau tidak mencintainya, sekarang sudah putus mengapa harus sedih” ucap Kim Bum ketus

“aku sedih bukan putus dengan Geun Suk, tapi karena alasan Geun Suk menjadi pacarku” ucap So Eun terisak

“memang apa alasan Geun Suk menjadi pacarmu?” tanya Kim Bum penasaran

“Geun Suk mau jadi pacarku hanya untuk memenangkan taruhan dengan teman-teman club basketnya, dan kemaren dia hampir menciumku itu juga bagian dari taruhannya...padahal aku kira Geun Suk benar-benar mencintaiku, tapi ternyata aku hanya bahan taruhan bersama teman-temannya, aku merasa sangat tidak berarti, aku malang sekali, tidak ada yang tulus menyayangi, apakah aku memang tidak pantas untuk dicintai? .” Tangis So Eun pecah, Kim Bum geram sekali mendengar perlakuan Geun Suk pada So Eun. Namun dia mencoba menenangkan diri untuk menghibur So Eun. Kim Bum meraih tangan So Eun dan mengenggamnya lembut. Dia menyeka air mata So Eun dengan tangannya yang satu lagi.

“Bagaimana ceritanya kau tau kalau Geun Suk menjadikan mu bahan taruhan?” tanya Kim Bum. So Eun Pun menceritakanya pada Kim Bum.

Flash Back

Waktu jam istirahat, seperti biasa Geun Suk datang mengajak So Eun istirahat bersama. So Eun sebenarnya ingin menghabiskan waktu istirahatnya bersama Kim Bum di atap, karena saat jam pelajaran Kim Bum susah diganggu. Terlebih lagi sekarang Kim Bum selalu di kerumuni teman perempuannya yang kadang menimbulkan rasa kesal di hati So Eun. Ingin rasanya So Eun mengambil ulat bulu dan menaburkannya kepada gerombolan cewek yang kecentilan manja di hadapan Kim Bum, biar semua cewek gatal pada kabur sambil garuk-garuk , tapi itu cukup keinginan saja. Dengan berat hati So Eun pun pergi bersama Geun Suk. Setelah selesai makan Geun Suk langsung pergi kelapangan basket untuk latihan. Dia meminta So Eun menemaninya namun So Eun menolaknya dengan alasan mau buat PR pelajaran selanjutnya -padahal pengen ketemu Kim Bum tuh-.

Sesampai di kelas So Eun tidak menemukan seorang pun temannya, termasuk Kim Bum. So Eun langsung melangkahkan kakinya menuju atap, firasatnya mengatakan kalau Kim Bum sedang berada disana. So Eun berjalan melewati cafe tempat biasa anak-anak basket menghabiskan waktu istirahatnya, langkahnya terhenti mendengar namanya disebut-sebut. So Eun menjadi penasaran apa yang mereka bicarakan tentang dirinya, diapun mengendap mendekati anak-anak itu sambil menguping.

“Ah...payah ya si Geun Suk, masa sampai sekarang dia belum saja dapat ciuman dari So Eun, sepertinya kali ini dia kan kalah” ucap salah satu teman basket Geun Suk

“Iya...padahal dia lancar sekali waktu menaklukan So Eun menjadi pacarnya...” kata yang lain.

“Waktu itu aku tak menyangka So Eun akan menerimanya karena yang kita tau dia memang susah ditaklukkan. Karena itu, aku harus membayar mahal pada Geun Suk, karena dia menang taruhan” ucap yang satu lagi lemas

“Aku juga senasib dengan mu, menyesal aku taruhan banyak-banyak waktu itu, habis setengah tabunganku membayar kekalahanku” aku temannya lain.

So Eun mulai mengerti dan geram mendengar kata-kata teman-teman Geunsuk itu. Dia keluar dari persembunyiannya dan menghampiri teman basket Geun Suk itu untuk meminta penjelasan dari perbincangan mereka tentang dirinya. Semua orang itu terkejut sekaligus pucat karena takut melihat kehadiran So Eun diantara mereka.

“aku dengar kalian membicarakan tentang taruhan, aku dan Geun Suk...apa maksudnya?” tanya So Eun pada mereka.”apa benar Geun Suk menjadi pacarku karna taruhan dengan kalian?”desak So Eun.

“oh..itu, bukan itu...aduh...” ucap salah satu temannya

“hei...ternyata kalian disini rupanya, sekarang kita latihan, mengapa kalian masih disini?” Geun Suk datang tiba-tiba, wajah temannya tampak khawatir. Dia heran melihat So Eun yang berada diantara teman-temannya.

“So Eun...bukannya kau membuat PR dikelas mengapa disini?” heran Geun Suk

“apa benar kau menembak ku karena taruhan dengan tim basket mu? Apa kau mau menciumku juga bagian taruhanmu? Jawab aku!!” teriak So Eun

“My princees...ada apa denganmu, siapa yang bilang itu padamu?”jawab geun Suk khawatir

“kau tidak perlu tau siapa yang bilang padaku, aku hanya ingin kau jujur, apa itu benar?” kata So Eun sedikit merendah

“Itu tidak benar...” Geun Suk coba meyakinkan

“Ouh...jadi kau tidak mau jujur rupanya, kalau begitu kita putus” ucap So Eun lalu membalikan badannya untuk pergi. Geun Suk meraih tangan So Eun mencegah So Eun pergi.

“Apa lagi?”ucap So Eun ketus

“kalau aku jujur apa kau mau memaafkanku?” tanya Geun Suk

“aku bukan tipe orang pendendam” ucap So Eun singkat

“aku akui, waktu aku menembakmu memang karena aku bertaruh dengan teman dalam tim basketku, tetapi setelah mengenalmu aku lebih jauh, aku benar-benar jatuh cinta padamu. Dan sampai saat ini rasaku padamu adalah Cinta, bukan karena taruhan lagi, percaya padaku, aku memang mencintaimu sekarang ” ucap Geun Suk meyakinkan

“apa menurutmu aku pantas di jadikan barang taruhan? Aku merasa iba pada diriku sendiri, kalau begitu aku pergi dulu karena semuanya sudah jelas. Kita putus!!!” ucap So Eun melepaskan pegangan Geunsuk ditangannya.

“So Eun...tapi kau bilang mau memaafkan ku, mengapa kita harus putus, aku sangat mencintaimu” desak Geun Suk

“aku hanya bilang mau memaafkanmu, bukan kembali padamu...kau mengerti!” tutur So Eun seraya meninggalkan cafe itu. Geun Suk hanya dapat memandangi kepergian So Eun.

Flash Back End

“So Eun...apa kau mau mendengar kisah cinta terpendam? tanya Kim Bum menatap lembut So Eun. So Eun hanya mengangguk.

“kau tau, ada seorang pria yang sangat menyayangimu sejak pertama kali bertemu. Pertemuannya dengan mu saat SMP waktu mengikuti lomba cerdas cermat antar SMP. Sejak saat itu tak sedetikpun kau hilang dari benaknya. Ia berusaha mendapat beasiswa disekolah ini agar bisa dekat dengan mu, tahun pertama dia belum beruntung karena tidak satu kelas denganmu, saat kelas dua dia didahului Geun Suk, tapi walaupun begitu dia tetap memperhatikanmu, rasanya tak berkurang sedikitpun padamu, malah semakin membesar.Sekarang saat mendengar kau putus dengan Geun Suk, pria ini semakin yakin bahwa kau tercipta untuknya. Jadi, mulai sekarang kau adalah milikku, takan ku biarkan kau bersedih lagi...kau mengerti!” aku Kim Bum tersenyum manis pada So Eun. So Eun terlihat belum menyerap dengan baik kata-kata Kim Bum.

“apa? Apa maksudmu tadi?” tanya So Eun

“Jangan suruh aku mengulangnya...” ucap Kim Bum kesal, So Eun tertawa kecil melihat reaksi Kim Bum

“Kau tau Kim Bum...walaupun aku belum lama dekat dengan pria itu, tapi entah bagaimana caranya pria itu berhasil membuat ku selalu memikirkannya, meridukannya dan membutuhkannya. Beberapa hari ini dia membuatku merasa menjadi wanita yang beruntung karena Ia selalu berada disampingku, menghiburku, membuatku kesal, membuatku tersenyum membuatku bahagia dan membuatku menjadi berarti. Sepertinya aku telah jatuh cinta pada pria itu... ” ucap So Eun tertawa. Kim Bum mengerti apa yang dimaksud So Eun. Kim Bum memeluk So Eun karena bahagia. So Eun membalas pelukan Kim Bum.

“Sekarang kau adalah milikku...kau tidak boleh pergi dariku, kau mengerti?” Bisik Kim Bum tetap memeluk So Eun, So Eun hanya mengangguk tanda mengerti.

“So Eun...sudah berapa lama kau tidak keramas? Rambutmu sedikit bau” canda Kim Bum

“Apa kau bilang, aku baru keramas tadi pagi” ucap So Eun marah melepaskan diri dari pangkuan Kim Bum.

“tidak kok...aku cuma bercanda...kau gampang sekali marah. Ya sudah aku mau ke perpustakaan meneruskan baca komik yang terganggu oleh mu ” ucap Kim Bum

“Hei...jadi komik lebih penting dariku...” kata So Eun kesal

“tentu saja...” canda Kim Bum

“Aish...kau ini” ucap So Eun membelakangi Kim Bum

“you are my everything So Eun...kau tau itu” kata Kim Bum lalu berlalu pergi meninggalkan So Eun. So Eun tersipu malu mendengar kata Kim Bum. Dia langsung mengejar Kim Bum agar berjalan beriringan dengan Kim Bum. Mulai hari itu So Eun slalu dijemput antar Kim Bum, So Eun pun sering main kerumah Kim Bum, begitu juga Kim Bum yang menyempatkan pergi kerumah So Eun untuk bermain dengan ‘anak mereka’ Sang Eun. Setiap malam mereka selalu saling menelepon hanya untuk mengucapkan selamat tidur. Sungguh pasangan yang solid.

Hari ini So Eun pergi main kerumah Kim Bum tanpa sepengetahuan Kim Bum. Dia pergi sendiri bersama mobilnya, dia tidak mau mengganggu Kim bum yang sedang bekerja di restorant. Sesampainya di rumah Kim Bum, So Eun disambut hangat oleh Kim Byul dan Nyonya Kim ibunya Kim Bum. Mereka bercerita bersama, membicarakan sesuatu yang biasa dibicarakan oleh wanita saat bertemu. So Eun melihat keanehan pada Ibu Kim Bum. Nyonya Kim tampak begitu pucat makanya ia tak sesemangat biasanya. Sedang asyik berbincang, Nyonya Kim minta permisi kebelakang sebentar, setelah beberapa menit terdengar suara pecahan piring yang terjatuh. Mendengar itu So Eun dan Kim Byul segera berlarian menuju dapur, mereka mendapati nyonya Kim tergeletak dilantai taksadarkan diri, dari mulutnya keluar sedikit darah. Melihat apa yang terjadi, Kim Byul langsung menangis meneriakki nama Ibunya. Merekapun segera mengangkat Nyonya Kim ke mobil So Eun untuk dibawa kerumah sakit. Selama dijalan Kim Bul tidak berhenti menangis.

Di rumah sakit nyonya kim langsung dilarikan ke UGD, dokter yang memeriksanya adalah teman ayah So Eun. So Eun menelepon Kim Bum untuk mengabarkan kejadian ini, sementara itu Kim Byul tetap menangis di pangkuan So Eun. Tak berapa lama setelah menelepon Kim Bum telah datang dirumah sakit. Kim Byul beralih menangis kepangkuan Kim Bum.

“apa yang terjadi hingga ibu masuk rumah sakit?” tanya Kim Bum pada So Eun.

“Tadi kami sedang berbincang-bincang, lalu ibu masuk kedapur, kami dikagetkan dengan suara piring yang pecah, saat kami lihat, ibu telah tidak sadarkan diri, aku pun langsung membawa ibu kesini” terang So Eun

“bagaimana keadaan Ibu?” tanya Kim Bum lagi

“ kami belum tau, karena Ibumu masih diperiksa didalam” ucap So Eun

“Oppa...Ibu tidak akan meninggalkan kita seperti ayahkan?” isak Kim Byul

“Kau tidak boleh bicara seperti itu, kita doakan semoga ibu tidak apa-apa” ujar Kim Bum mencoba menenangkan adiknya itu.

Dua jam sudah berlalu. Terlihat Kim Byul terdidur di pangkuan oppanya yang masih melek menunggu dokter keluar didepan ruang UGD tempat ibunya di periksa. So Eun juga masih terbangun menemani kekasihnya yang terlihat lelah sekaligus khawatir. Melihat jam telah menunjukan pukul 12 malam, Kim Bum menyuruh So Eun pulang, namun kali ini So Eun tidak mau menurut, dia bersikeras menunggu kabar ibu Kim Bum sambil menemani Kim Bum dan Kim Byul. Kim Bum juga tidak memaksa So Eun, karena sebenarnya dengan adanya So Eun disisinya ia juga merasa sedikit tenang. Tidak lama setelah itu dokter keluar dengan tampang sedihnya. Kim Bum yang melihat Ekspresi sedih dokter langsung mendapat firasat buruk tentang keadaan ibunya. Dokter membawa Kim Bum keruangannya untuk membicarakan keadaan ibunya, Kim Bum pun beriringan dengan dokter berjalan keruang kerja dokter tersebut.

“Sebelumnya apa Ibu kamu sudah di periksa?” tanya dokter membuka perbincangan setelah tiba diruangan.

“Sudah dok...ibu juga sempat dirawat disitu, tapi kami belum mengetahui pasti penyakit ibu karena hasil pemeriksaan ada bersama dokter yang pergi tugas ke luar negeri. Jadi, bagaimana keadaan ibu saya dok?” jelas Kim Bum seraya bertanya balik

“Saya berharap Ibu kamu dapat bertahan, tetapi sepertinya itu sulit karena beliau mengidap penyakit Leukimia (kanker darah) stadium akhir. Hanya keajiban tuhan yang dapat menyelamatkan ibu mu ” ucap dokter dengan sesal

“apa maksud dokter ibu saya tidak dapat diselamatkan lagi?”mata Kim Bum berkaca-kaca

“saya tidak ingin mendahului Tuhan, tapi dalam kedokteraan umur ibumu tidak lebih dari sehari, karena penyakitnya telah menyebar keseluruh tubuhnya termasuk ke otak. Kalau otak terkena, maka sangat sedikit kemungkinan ibumu dapat bertahan lebih lama lagi”

“saya mohon dok...lakukan apa saja untuk kesembuhan Ibu saya...” ucap Kim Bum yg kini air matanya tak dapat ia bendung lagi.

“Kami telah melakukan sebisa kami...kini hanya menunggu putusan Yang Kuasa, saya harap kamu tetap tabah dan kuat...” dokter menenangkan

“Baiklah dok...apa sekarang saya boleh menjenguk ibu saya dok?” tanya Kim Bum menyeka airmatanya

“Boleh, tapi jangan lupa kenakan pakaian khusus masuk kedalam, Cuma boleh dua orang...”

“Baik Dok...terimakasih...” Kim Bum beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang dokter.

Dari kejauhan sambil berjalan, Kim Bum memandang adiknya yang masih terlelap tidur dipangkuan So Eun, air matanya mengalir tanpa komando darinya. Dia telah merasakan tidak lama lagi ia akan menjadi yatim piatu dengan adiknya. So Eun dapat melihat kesedihan dari kekasihnya itu, tampak Kim Bum menyeka air mata dengan tangannya. Setelah sampai di depan So Eun Kim Bum hanya tersenyum miris sedangkan So Eun memandangnya dengan wajah penuh tanya.

“Apa kau tidak pulang saja So Eun, ini sudah jam 2 pagi” ucap Kim Bum serambi duduk disamping So Eun

“tidak...aku ingin disini menemanimu. Apa kata dokter tentang keadaan ibumu?” tanya So Eun

“Kata dokter hanya keajiaban yang bisa menyembuhkannya...” ucap Kim Bum menahan tangis

“maksudmu...memangnya penyakit apa yang diderita ibu sampai begitu?” tanya So Eun lagi dengan mata berkaca-kaca

“Ibu mengidap Leukimia stadium akhir, penyakitnya sudah menyerang otak, maka tidak dapat diselamatkan lagi” butiran air keluar dari kelopak mata Kim Bum

“Apa?” kini tangis So Eun pecah, air matanya jatuh membasahi pipi Kim Byul, sehingga Kim Byul pun terbangun. Kedua pasang kekasih itu segera menghapus air mata mereka.

“ada apa Opaa dan Eunnie menangis, bagaimana keadaan Ibu Oppa?” tanya Kim Byul sambil mengucek-ngucek matanya

“Sebaiknya kita masuk melihat ibu, kini ibu sedang kritis. Kau harus mendoakan Ibu” ajak Kim Bum. Dia tidak kuasa mengatakan kepada adik tersayangnya bahwa umur Ibunya kurang dari sehari.

“Baik Opaa...tapi Eunnie sama siapa diluar?” Kim Byul khawatir

“tidak apa-apa, aku disini saja...kau masuklah dengan Oppamu, sampaikan pelukku untuk Ibu mu..,” ucap So Eun menahan isak tangisnya

“Baiklah Eunnie...kami masuk dulu ya...” ucap Kim Byul seraya masuk.

“aku masuk dulu ya, kau hati-hati disini...” pamit Kim Bum

“Iya...kau masuklah, sampaikan salamku untuk ibumu, kau leakiku, kau harus kuat...aku mencintaimu...” hibur So Eun sambil menyeka air mata kim Bum yang tiba-tiba jatuh

“Iya...aku juga sangat mencintaimu” Kim Bum membuka pintu lalu masuk keruangan itu.

Kim Bum memasang baju khusus terlebih dahulu, lalu ia pergi menemui Ibunya yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Mukanya pucat sepertinya darah sudah berubah menjadi putih. Ia lalu duduk dikursi yang telah disediakan disamping tempat tidur ibunya. Dia meraih tangan ibunya lalu mengecupnya lembut, Ia masih berusaha keras menahan air matanya karena ia tidak mau adiknya juga ikut bersedih. Tampak Kim Byul mengelus-elus rambut ibunya, tapi dia terkejut karena saat mengelus, rambut ibunya rontok dengan cukup banyak. Kim Byul bertanya pada Kim Bum mengapa sampai itu terjadi, Kim Bum tidak menjawab Ia hanya melarang Kim Byul melakukan itu lagi. Mesin detak jantung masih menandakan masih adanya kehidupan ibu Kim Bum.

Terasa oleh Kim Bum pergerakan tangan ibunya dia melihat kewajah ibunya. Tampak ibunya sedang berusaha membuka matanya. Setelah terbuka, ibunya tersenyum kepada putra dan putrinya yang sangat ia cintai itu.

“Ibu...Ibu sudah bangun?” ucap Kim Byul girang

“iya sayang...” jawab Ibunya agak lemas

“Bagaimana persaan ibu?” tanya Kim Bum

“Tidak apa-apa, ibu hanya merasa sedikit letih...” jawabnya lagi

“Ibu, Ibu harus kuat ya...” kata Kim Bum menahan tangisnya

“Iya sayang...kalian mendekatlah pada Ibu, ibu sangat ingin memeluk kalian erat-erat. Tidurlah kalian di pangkuan Ibu, Ibu tau seharian tadi kalian pasti terus menunggui ibu...belum tidurkan” ucap Ibunya.

Kedua purta putrinya itupun merebahkan kepala mereka dipangkuan ibunya. Nyonya Kim mengelus-elus lembut kepala putra putrinya itu. Ia merasakan bajunya basah akibat air mata Kim Bum. Dia pun megecup lembut kening Kim Bum untuk menghibur anak sulungnya itu, dia tahu pasti keadaanya sudah diketahui oleh anak laki-lakinya itu. Setelah memastikan putrinya terlelap, Ibu Kim Bum mencoba berbisik kepada Kim Bum.

“Bummie...Ibu tau kau belum tidur, kau harus menjaga adikmu baik-baik ya nak...ibu minta maaf karena ibu tidak bisa menemani kalian lebih lama lagi. Ibu sudah tau keadaan ibu dari dokter dan Ibu juga tau kalau kau telah mengetahui keadaan Ibu. Satu hal yang kau ingat bahwa Ibu sangat menyayangi kalian dan Ibu berharap kalian bisa menjadi orang yang berhasil kelak mencapai cita-cita kalian. Ibu akan mengawasi kalian dari jauh....”ucap Nyonya Kim dengan butiran air mata. Sedangkan Kim Bum terisak dibalik pangkuannya. “So Eun gadis yang baik, Ibu yakin ia akan menjadi istri yang baik untukmu, jangan lepaskan dia karena disetiap pandangannya ibu melihat kasih sayang.Kau juga harus menjaga hubunganmu dengannya...sekarang kau tidurlah, ibu juga ingin tidur...”sambung ibunya.

Kim Bum mengangkat wajahnya, dia dapat melihat perlahan ibunya menutup mata. Tidak lama setelah itu mesin detak jantungnya bergaris rata dan berteriak. Kim Bum terkejut langsung lari keluar memanggil dokter. Dokter langsung masuk kedalam ruangan bersama dua orang susternya. Dokter itu memegang dua barang kecil yang berbentuk setrika, Dia menunggu aba-aba lalu meletakan dua benda itu di dada Nyonya Kim, Tubuh Nyonya Kim melambung karna tegangan listrik yang dialirkan benda itu, namun tidak ada reaksi dari nyonya Kim. Dokter menghentikan aksinya itu setelah yakin kalau yang dilakukannya itu akan sia-sia. Kim Byul tidak percaya dengan kematian ibunya, dia memukul-mukul kecil tubuh ibunya sambil berteriak histeris membangunkan ibunya, namun tetap tak ada balasan dari Ibunya. Kim Bum membawa adiknya kepangkuannya, Kim Byul menangis sejadi-jadinya.

“Oppa... Apakah tidak cukup ayah meninggalkan kita? Mengapa ibu juga ikut-ikutan meninggalkan kita? Apa mereka tidak menyayangi kita? Atau aku terlalu nakal sehingga ibu pergi meninggalkan kita, aku merasa tidak begitu nakal...Oppa, katakan pada ku mengapa orang tua kita tega meninggalkan kita, aku sangat membutuhkan mereka Oppa...Oppa, Kau jangan diam saja...aku mohon Oppa jawab pertanyaan ku, mengapa bisa begini..mengapa kita ditinggalkan...” Kim Bum memperat pelukannya pada Kim Byul dia tidak dapat menjawabnya, karena diapun bertanya-tanya. Kini kakak-beradik itu menangis bersama.

Jam menunjukan pukul tiga dini hari, semua ruangan rumah sakit tampak sunyi hanya isak tangis Kim Byul dan So Eun bergema disana. Sedangkan Kim Bum sibuk mengurus administrasi perawatan ibunya. Paginya Nyonya Kim di makamkan disebelah makam suaminya banyak yang datang menyaksikan pemakamannya. Terutama teman, para guru dan penggemar Kim Bum. Mereka dapat merasakan kesedihan yang dirasakan Kim Bum. So Eun berdiri di sebelah Kim Bum dan selalu berusaha menenangkan Kim Byul yang tak berhenti menanangis dipangkuannya. Setelah acara pemakaman semua orang mulai bubar hingga tinggal mereka bertiga saja, Kim Bum, Kim Byul dan So Eun. Beberapa lama bertahan dipemakaman So Eun pun mengantar Kim Bum dan Kim Byul pulang. Sesampai di rumah Kim Bum, setelah melihat Kim Byul tertidur So Eun minta izin pulang sebentar untuk mandi karena dari kemaren dia belum mandi. Begitu juga dengan Kim Bum yang belum juga mandi dari kemaren.

“Kau hati-hatilah dijalan...” ucap Kim Bum. So Eun berdiri didepan Kim Bum dan mengelus lembut pipi kiri Kim Bum

“Iya...Pengeranku, jangan bersedih lagi kau harus kuat...percayalah ibumu sedang berbahagia dengan ayahmu disana dan mereka selalu mengawasi kalian. Mereka akan selalu didekat mu,percaya itu...aku pulang dulu ya...tersenyumlah untuk ku...” ucap So Eun, Kim Bum pun tersenyum walaupun tak semaut biasanya. So Eun pun mendaratkan kecupan lembut di pipi kanan Kim Bum lalu tersenyum dan berbalik pergi menuju mobilnya.

“So Eun...” panggil Kim Bum, So Eun berbalik menghadap Kim Bum.”aku mohon jangan pernah meninggalkan aku” lanjutnya

“Aku malah khawatir kalau kau yang akan meninggalkan aku” ucap So Eun tersenyum. Kim Bum pun ikut tersenyum mendengarnya. So Eun pun pergi melajukan mobilnya.

Saat akan tidur So Eun mendengar ponselnya berbunyi, terlihat tulisan “Kim Byul calling”. So Eun langsung mengangkatnya.

“Eunnie...”sapa Kim Byul

“Iya kim Byul...mengapa jam segini kau belum tidur? Kau baik-baik saja kan?”tanya So Eun khawatir

“Iya, aku baik-baik saja...aku hanya tidak bisa tidur...”ucap Kim Byul

“Kenapa kau tidak bisa tidur?” tanya So Eun balik

“Karena sebelumnya aku slalu tidur bersama ibu, dia selalu bercerita sampai aku tertidur dan sekarang aku tidak bisa tidur” isak Kim Byul

“Ouh begitu...Kau tunggu aku ya, aku akan menjeputmu, malam ini kau tidur bersama ku saja...apa kau mau?”ajak So Eun

“Tidak usah Eunnie, aku takut merepotkanmu. Lagian bagaimana dengan Oppa?”tanya Kim Byul

“Kau sama sekali tidak merepotkanku, aku malah senang punya teman tidur, kalau soal Oppa mu biar aku yang bicara dengannya” So Eun meyakinkan

“Baiklah Eunnie, aku tunggu ya” kata Kim Byul girang

“iya...ya sudah..bye..” tutupp so Eun

So Eun segera mengganti piamanya dengan sweter, dia pergi diantar sopirnya kerumah Kim Bum. Pintu rumah Kim Bum di ketuknya dan Kim Bum pun membukakan pintu. Kim Bum terkejut melihat kehadiran So Eun dirumahnya, padahal jam sudah menunjukan pukul 11 malam.

“Ada apa kau kemari selarut ini? Seharusnya kau kan sudah tidur...”sambut Kim bum

“Kau kenapa juga belum tidur...tadi aku mau tidur, tapi Kim byul meneleponku katanya dia tidak bisa tidur kerena biasanya dia tidur bersama ibu. Makanya aku mengajaknya tidur dengan ku malam ini. Apa malam ini dia boleh tidur denganku, hanya untuk malam ini saja...”pinta So Eun

“apa tidak merepotkanmu...” tanya Kim Bum

“Dia itu adik ku, mana bisa merepotkanku” ucap So Eun

“Baiklah kalau itu mau mu...akan aku panggil Kim Byul...” kata Kim Bum serambi masuk memanggilkan Kim byul. Tidak lama setelah itu, Kim Byul keluar bersama Kim Bum.

“kalian hati-hatilah di jalan...Kau tega sekali meninggalkan Oppamu sendirian” rajuk Kim Bum

“Oppa, aku hanya belum bisa tidur sendirian...aku janji Cuma malam ini aku menginap” bujuk Kim Byul

“Iya...tapi aku harus mendengarmu tertidur lelap...”

“Iya oppa, aku janji akan tidur nyenyak...” ucap Kim Byul

“Aku titip Byullie ya So Eun...” kata Kim Bum

“Iya...ya sudah, kami pergi dulu ya...”pamit So Eun

“Iya...hati-hati, selamat tidur...”lepas Kim Bum

Mereka pun pergi, Kim Bum mengamati mobil So Eun sampai tak terlihat lagi lalu masuk kedalam kamarnya untuk tidur. Setengah jam setelah itu datang sms dari So Eun. “Kim Byul sudah tidur, jadi kau jangan khawatir lagi”. Kim Bum langsung menelepon So Eun.

“SO Eun...” sapa Kim Bum dari seberang telepon

“Iya...” jawab So Eun singkat

“terimakasih...aku merasa sangat beruntung memilikimu...” ucap Kim Bum

“aku yang beruntung karena telah jatuh cinta padamu..”balas So Eun

“Terimakasih So Eun...” ungkap Kim Bum lagi

“Kau tidak perlu berterimakasih, aku melakukan ini karena aku menyangimu dan adikmu, kau telah memberiku keluarga. Jadi terimakasih kembali, sekarang kita tidur, aku ingin kau hadir dimimpiku...Bye...”

“Bye...” balas Kim Bum mematikan sambungan telepon. Dia segera menutup matanya dan tertidur karena dia belum tidur dari kemaren.

Bersambung