The Way Of Love (2)
Lanjutkan..!!! ini SBY made on...
maksudnya Lanjutannya…^_^
Teriakan bel tanda istirahat menggelegar keseluruh penjuru sekolah. Sontak semua penghuni kelas berhamburan keluar, mulai dari guru lalu diikuti oleh murid-murid yang sedari tadi telah mengikuti pelajaran yang pastinya cukup menguras energi mereka. Kini mereka memiliki waktu 15 menit untuk sekedar menikmati makanan yang ada di katin atau bermain dengan teman-teman mereka. Tempat-tempat seperti lapangan basket, taman sekolah dan café menjadi tempat favorit para murid untuk beristirahat. Suara teriakan, tertawa dan gaduh karna berkejar-kejaran telah menjadi hal yang lumrah saat jam istirahat, dimana semua murid dapat mengekspresikan dirinya seperti keinginannya sendiri.
So Eun masih betah didalam kelas, begitu juga dengan Kim Bum. Satu per satu ajakan datang silih berganti dari teman-teman So Eun untuk keluar bareng, namun So Eun menolak ajakan dari teman-temannya itu dengan ramah tanpa menyakiti hati si penganjak. Sekarang hanya ada So Eun dan So Eun yang menjadi penghuni kelas yang cukup luas itu. Setelah selesai memberes-bereskan buku yang berantakan di mejanya, So Eun tidak langsung keluar kelas. Ia sepertinya masih menunggu seseorang yang telah berjanji mengajak ia ke cafe menikmati makanan favoritnya yaitu mie ayam.
Sambil menunggu orang yang dinanti datang, pandangan So Eun berhenti pada sosok Kim Bum. Kim Bum terlihat masih sibuk mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru matematikanya tadi sambil memencet-mencet kalkulator yang ada di tangannya. Sesekali terdengar suara keluhan dari mulutnya. Melihat Kim Bum begitu So Eun berniat menyapanya untuk sekedar basa-basi karna kemaren Kim Bum sudah beri contekan pr fisika sama dia.
“Hei...kamu, ga keluar?” kata So Eun membuka pembicaraan.
Levi tidak menjawab pertanyaan So Eun, dia tetap tekun dan fokus terhadap buku yang ada dihadapannya. Melihat tingkah Kim Bum yang cuekin dia, So Eun menjadi sangant kesal, lalu ia mengoceh sendiri seperti Artis sinetron yang lagi memerankan monolog.
“Kok masih ada ya cowok yang nyebelinnya setengah mati. Sombong banget, dipanggil ga nyaut. Aku aja yang terkenal perasaan ga gitu-gitu amat..Hmm..mungkin ne orang tuli kali yah, atau memang tuli beneran” celoteh So Eun dengan nada yang keras.
Kim Bum tetap cuek seperti tidak mendengar kata-kata yang diucapkan oleh So Eun barusan. Ulah Kim Bum ini membuat kekesalan So Eun sampai di puncak tertinggi, sekarang So Eun berdiri dan berniat melabrak orang yang telah berani bertindak tidak sopan terhadapnya, serasa harga dirinya diinjak-injak. Dengan wajah garang yang sangat bernafsu untuk menghajar seseorang So Eun mulai mendekat kebangku Kim Bum. Belum terjalankan niatnya, tiba-tiba So Eun mendengar suara teriakan yang berasal dari mulut Kim Bum.
“Yes..akhirnya dapat juga jawabannya, selesai sudah...bisa istirahat deh sekarang...” teriak Kim Bum lega
“Hei, kamu itu punya telinga ga sih?!” hujat So Eun sambil memukul meja Kim Bum.
Kim Bum sangat terkejut dengan ulah So Eun itu. Dia tidak tahu kesalahan apa yang Ia perbuat sehingga So Eun marah besar kepadanya. Ia hanya terheran dan memandang So Eun dengan ekspresi bingung. Segera ia melepaskan handfree yang sedari tadi bernaung di telinganya, lalu bertanya kepada So Eun perihal kemarahannya.
“Hei...apa-apaan ini? Kenapa kamu marah sambil mukul meja? memangnya meja salah apa sama kamu?” tanya Kim Bum asal
“Meja sih ga salah...tapi kamu yang salah!” jawab So Eun setengah berteriak.
“apa? Aku yang salah? Kelihatanya kamu marah?” Tanya Kim Bum bingung
“Iya...!” jawab So Eun mantap
“Mamangnya aku salah apa? Perasaan dari tadi aku ga ganggu kamu deh?” tanya Kim Bum tambah bingung
“Emang ga ganggu..tapi ngeselin banget!” jawab So Eun ketus
“Ngeselin?” Kim Bum berpikir keras
“Tadi itu aku manggil kamu, tapi apa? Kamu malah nyuekin aku! Asal kamu tau ya...baru kali ini ada orang yang berani nyuekin aku!” jelas So Eun agar Kim Bum mengerti
“Oh..karna itu...memangnya kamu ga liat aku lagi pakai handfree dengerin musik, mana aku dengar kamu manggil aku” jawab Kim Bum tidak mau kalah
“Ya...mana aku tau kamu lagi dengerin musik” balas So Eun melambat
“Nah..sekarang kamu dah tau kan? Jadi ga usah sewot gitu..ga cocok banget sama imej kamu” ungkap Kim Bum
“ByTheWay, ngapain tadi kamu manggil aku? ” tanya Kim Bum lagi
“ Sudah ga usah dipikirin, keburu bad mood lihat muka kamu!” jawab So Eun ketus
“ya udah...” Kim Bum cuek
Melihat tingkah Kim Bum yang cuek, So Eun merasa terhina sekali. So eun mendekat dan menggenggam dengan kuat kerah baju Kim Bum. Kim Bum terkejut dengan apa yang di lakukan So eun terhadapnya. Tak lama menatap Kim Bum dengan mata merah marah So Eun langsung melepaskan kerah baju Kim Bum, dia pun megepalkan tangannya dan satu pukulan berhasil mendarat di pipi kanan Kim Bum. So Eun pun tersenyum lalu melanjutakan aksinya dengan menggebuki Kim Bum secara membabi buta. Melihat Kim Bum babak belur olehnya So Eun tertawa puas, tapi sayang itu hanya ada di imajinasinya. So Eun pun balik ke bangkunya dengan perasaan sangat kesal dan kembali duduk manis di bangkunya dengan wajah manyun.
Tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari pintu kelas memanggil nama So Eun.
Ternyata orang itu adalah Geun Suk pacarnya So Eun, orang yang sedari tadi ditunggu-tunggu oleh So Eun. Mereka sudah enam bulan pacaran. Geun Suk menyatakan cintanya pada So Eun ketika mereka masih duduk di kelas dua. So Eun mengenal Geun Suk sewaktu menghadiri pesta jamuan makan malam yang diadakan oleh orang tua Geun Suk yang bertujuan memperkenalkan putra sematawayannya itu kepada rekan-rekan bisnisnya. Sejak perkenalan mereka malam itu Geun Suk rajin sekali menghubungi dan menemui So Eun, orang tua So Eun sangat menerima baik dengan hubungan mereka. Geun Suk merupakan cowok populer di sekolahnya, jabatannya sebagai kapten basket telah berhasil menghantarkan tim basket mereka ke kancah internasional, lewat kepiawaiannya memberi umpan kepada teman dan memasukkan bola basket ke keranjang. So Eun menerima Geun Suk sebagai pacarnya karna hasutan dari teman-temannya dan ga mau bikin Geun Sok malu karna di tolak. Lagian dengan adanya status Geun Suk sebagai pacarnya ga akan ada cowok yang gangguin So Eun lagi.
Apa lagi waktu itu So Eun meresa hanya sebatang kara karena kedua orangtuanya selalu meninggalkan So Eun pergi ke luar negeri untuk mengurus perusahaan mereka yang ada disana, bertemu dengan mereka pun harus di jadwalkan. Nenek So Eun yang selama ini slalu menemani dia dikala So Eun butuh sandaran dan berbagi cerita kini telah pergi juga meninggalkannya menghadap Sang Khalid. Tidak lama setelah kepergian neneknya itulah Geun Suk menyatakan cintanya kepada So Eun dan So Eun berharap Geun Suk bisa menjadi pengganti neneknya untuk tempat ia menghilangkan kegundahan dan mengeluarkan uneg-unegnya dalam menjalani hidup ini. Namun, harapan itu pun musnah dengan berjalannya waktu setelah So Eun mengenal Geun Suk lebih dekat, Geun Suk hanya mau menemani So Eun di saat bersenang-senang. Disaat So Eun membutuhkan ia sebagai seorang sahabat atau kekasih, Geun Suk selalu tidak ada waktu untuknya. Berpacaran dengan Geun Suk hanya sebagai simbol bagi So Eun tak ada hati didalamnya, dia tetap saja merasakan kesepian yang amat mendalam. Begitupun dengan Geun Suk yang hanya terobsesi terhadap So Eun yang terkenal susah di taklukan oleh cowok. Dan parahnya lagi Geun Suk menembak So Eun bukan karena cinta, melainkan untuk memenangkan taruhannya dengnan teman-teman team basketnya ( sadis ).
“Hai...my princess” sapa Geun Suk yang kini berada di samping So Eun.
‘Hai...Geun Suk...” balas So Eun singkat
“Maaf ya..aku agak telat, soalnya tadi guru nyuruh aku antar buku latihan ke kantor”jelas Geun Suk
“iya, ga apa-apa kok...yang penting kamu datang” kata So Eun.
“tapi kok muka kamu kelihatan BT sih?” tanya Geun Suk
“Tadi aku ketemu cowok ngeselin banget (sambil lihat kearah Kim Bum), tapi udahlah, gak penting juga..mending kita pergi yuk..dah laper nih” pinta So Eun
“Duh, kasihan my princess kelaparan...ya udah kita berangkat” ajak Geun Suk.
So Eun dan Geun Suk pergi meninggalkan kelas tanpa basa-basi dulu terhadap Kim Bum. Kim Bum yang dari tadi sibuk menyusun buku pelajarannya yang berantakan di meja kini hanya bisa memandangi kepergian mereka. Geun Suk adalah salah satu alasan Kim Bum untuk mengubur dalam-dalam mimpinya agar dekat dengan So Eun. Pasalnya, menurut Kim Bum seorang Geun Suk yang ganteng, baik dan populer cocok dengan So Eun yang cantik dan pintar. Bagi Kim Bum asalkan dapat melihat So Eun tersenyum, kebahagiaan Kim Bum lebih dari siapapun. Tunggu saja kalau sampai Geun Suk menyakiti So Eun, Kim Bum pun tidak akan tinggal diam.
Kim Bum menyandang tasnya untuk pergi beristirahat, dia harus membawa tas karena dia bawa bekal yang dibuatkan ibunya setiap pagi agar Kim Bum bisa berhemat. Kim Bum bergegas pergi menuju tempat favoritnya untuk beristirahat, yaitu lantai paling atas di sekolahnya yang biasa disebut atap. Sesampai di atap Kim Bum terlebih dahulu melepas kacamatanya lalu ia pun mengambil bekalnya di dalam tas dan tanpa berpikir panjang melahap makanannya itu. Selesai makan, Kim Bum menidurkan badanya dan melipat tangannya kebelakang sebagai bantal sambil memejamkan matanya, dia pun tertidur. Suara bel membangunkan Kim Bum dari tidur kilatnya, karena semalam dia harus kerja lembur di restoran tempat Ia bekerja part time.
Setibanya di kelas Kim Bum langsung menuju tempat duduknya. Dia mulai mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya. So Eun datang diantar Geun Suk yang setelah itu pergi kekelasnya sendiri. Kim Bum mencuri pandang kepada So Eun yang sedang asyik berbincang dengan teman yang duduk dibelakangnya. Melihat So Eun tersenyum dan tertawa dada Kim Bum menjadi sesak ya sesak yang membuat hatinya bebunga-bunga, dia lalu ngelus-elus dadanya berharap tidak bertambah sesak dan membunuhnya dalam keindahan cinta So Eun, tanpa sengaja So Eun pun melihat ke arah Kim Bum mata mereka bertemu, secepat kilat Kim Bum mengalihkan pandangannya pada buku-buku didepannya. So Eun heran melihat reaksi Kim Bum, Ia pun melanjutkan perbincangannya. Guru yang di tunggu telah memasuki ruangan kelas, semua murid berlarian pulang ke bangku masing-masing.
“Siang anak-anak...” sapa guru sambil menghampiri mejanya
“ Siang Buk...” jawab mereka serempak
“baiklah sekarang buka buku cetak kalian...halaman 123”suruh guru itu
Tampak semua murid sibuk membalikan bukunya.
“Pelajaran kita sekarang tentang Anatomi binatang...simak baik-baik, ibu akan menjelaskan” lanjut guru di depan kelas
Semua murid mendengarkan dengan baik apa yang diterangkan guru mereka. Sesekali tampak mereka mencatat penjelasan dari guru tersebut. Tidak ada murid yang lengah dalam pelajaran, maklum saja karna kelas ini adalah kelas unggulan. Hanya orang-orang terpilih yang bisa bernaung di ruangan lumayan besar ini. Jumlah dari mereka hanya dua puluh orang, makanya pelajaran bisa berjalan khusuk dan lebih individu. Setelah puas menerangkan pelajaran guru pun memberikan tugas pada para murid.
“Ibu akan memberikan latihan...tapi latihan kali ini berbeda, ibu ingin kalian megerjakannya berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang, berarti semuanya sepuluh kelompok. Ibu memberikan kebebasan untuk kalian memilih teman kelompok. Ibu nanti nama kelompok kalian lima menit lagi, silahkan kalian berembuk” jelas guru itu panjang lebar
Seketika ruang itu seperti bunyi lebah, semua orang sibuk mengajak untuk bergabung. Tawaran bergabung banyak berdatangan kepada So Eun, dia pun bingung harus pilih siapa. Dia melirik Kim Bum yang tetap santai, sepertinya dia tidak peduli dengan kelompok dia tetap sibuk membolak-balikan buku panduannya. So Eun pun berpikir kalau dia sekelompok sama Kim Bum, pasti dia bisa santai sedikit. Apalagi Kim Bum genius, pastilah latihan yang akan dibuatnya sempurna, pikir So Eun. So Eun pun memutuskan sekelompok dengan Kim Bum, tapi dia merasa berat untuk mengajak, gengsinya terlalu besar. Setelah beberapa detik berpikir So Eun melihat ada seorang gadis akan mendekati Kim Bum yang mungkin mengajak Kim Bum untuk sekelompok. Sebelum terlambat So Eun pun menyingkirkan gengsinya dan segera berdiri di sebelah bangku Kim Bum. Kim Bum bingung oleh tingkah So Eun.
“Teman-teman..maaf ya...aku dan Kim Bum telah sepakat untuk satu kelompok kali ini” jelas So Eun ke teman-temannya ramah.
“Iya kan Bum ah?” lanjut So Eun sambil melototkan mata kearah Kim Bum. Kim Bum yang mengerti dengan isyarat yang di berikan So Eun hanya mengangguk pelan. Sontak semua teman tadi kecewa berat.
“kali ini kau pintar” bisik So eun ke telinga Kim Bum lalu kembali ke Bangkunya. Kim Bum hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum manis.
“O.K student...semuanya udah dapat kelompokkan, nah sekarang ibu akan menjelaskan tugas kalian. Sebelum itu kalian duduklah bersama kelompok agar kalian dapat mendiskusikan tugas ini, mengerti? Now, please attention...”ujar guru itu.
So Eun menyruh Kim Bum untuk mendekat kebangkunya. Lagi-lagi Kim Bum hanya menurut walaupun agak sedikit kesal. Kini Kim Bum telah berada di samping So Eun, degub jantungnya mulai tidak karuan. Dia melihat ke arah So Eun, So Eun pun menatap Kim Bum.
“mengapa kau melihatku seperti itu? Oh..aku tau, kau jangan GR dulu, aku memilihmu karna tidak ingin di repotkan oleh mereka” kata So Eun setengah berbisik
“ternyata kau licik juga” ucap Kim Bum singkat
“apa kau bilang? Aku licik?” kesal So Eun tetap berbisik
“Jangan harap aku akan mengerjakan tugas ini tanpa mu” kata Kim Bum tegas
“Kau ini...apa maksud mu?” tanya So Eun marah
“Ssst...diam! aku mau mendengar penjelasan tugas kita. Aku ga mau karna bicara hal yang tidak penting denganmu tugas ku jadi buruk” suruh Kim Bum. Kini So Eun Diam menahan amarahnya.
Rasa sesal karna memilih Kim Bum menjadi partnernya pun kini bergema di benak So Eun, sekarang terlambat baginya untuk mundur dari pilihan yang ia buat sendiri. Saat asyik mendengarkan gurunya mengoceh di depan Kim Bum merasakan hpnya bergetar, dia minta izin keluar untuk mengangkat telepon.
Sekembalinya dari mengangkat telepon Levi langsung meminta izin pulang kepada gurunya. Setelah mendapat izin dengan tegesa-gesa Ia kembali ke tempat duduk dan memasukan bukunyua kedalam tas, tampak sebentar ia menulis sesuatu. Kim Bum memlemparkan sobekan kertas kemeja So Eun dan berlari meninggalkan kelas. So Eun membaca tulisan yang tertera di kertas itu “So Eun, ini nomor hp ku 085686382760, bisa kau hubungi jika kau siap untuk mengerjakan tugas ini. Tolong kau perhatikan apa yang di jelaskan guru. Aku tidak akan membuat tugas ini tanpa mu, walaupun aku buat ku pastikan tidak ada namamu! ” hal ini membuat So Eun tidak percaya, dia sedang di ancam oleh seorang laki-laki, sungguh membuatnya marah. Dia meremas-remas kertas itu hingga tak berbentuk untuk melampiaskan kekesalannya. Barulah setelah puas So Eun mulai berpikir, “Ada apa dengan Kim Bum?”
Bersambung..^_^
Pembaca juga ikut penasaran kan? saya juga penasaran..hee
Mari kita penasaran bersama, nantikan lanjutannya ya...^_^