25 September 2010

Cerbung










The Way Of Love [part 4]

Di Rumah Kim So Eun

So Eun tampak sedang murung, Dia sedang duduk-duduk di tepi kolam renangnya dan sesekali memainkan air dengan kakinya. Melihat nonanya yang sedang bersedih pengurus Kim mendekati So Eun. So Eun yang tersadar mendengar hentakan kaki pengurus Kim langsung menoleh kebelakang. Mendapati pengurus Kim yang menghampirinya, So Eun hanya menarik nafas panjang lalau tersenyum kecut terhadap Pengurus Kim.

“Nona So Eun kenapa?” tanya pengurus Kim sambil mengelus lembut rambut So Eun yang tergerai. So Eun menoleh pada pengurus Kim.

“tidak apa-apa..”jawabnya lemah

“Kalau tidak apa-apa, mengapa nona bersedih?” desak Pengurus Kim

“Ouh..tidak juga..tapi iya sih..” balas So Eun kembalai menerang kolam renangnya

“Nona kenapa sedih?” tanya pengurus Kim lembut

“Huft..entahlah, aku hanya ingin dipeluk oleh mama, dibelainya, dimanja oleh papa. Aku rindu sekali dengan mereka, padahal hari ini jadwal papa dan mama pulangkan? Tetapi mengapa mereka tidak pulang? Aku ingin sekali tidur di pangkuan mereka. Apa mereka tidak merindukan ku? Aku kan anak mereka satu-satunya, menelpon ku saja tidak...” ungkap So Eun sambil terisak. Melihat So Eun yang menangis Pengurus Kim membawa So Eun kepangkuannya dan mengelus lembut rambut So Eun.

“Nona kan tau kalau papa dan mama nona sedang mengurus perusahaan mereka yang ada di sana, kebetulan hari ini ada pertemuan mendadak dengan Klien baru ” Pengurus Kim coba menghibur So Eun

“aku tau..itu demi aku juga..tapi tetap saja aku membutuhkan mereka sebagai orang tua ku, tempat aku bermanja-manja, bukan selalu di tinggal sendirian seperti ini. Apa pengurus Kim Tau bagaimana perasaanku saat melihat teman-teman lain diantar sama orang tuanya, aku sangat iri.” Ucap So Eun yang kini tangisnya mulai pecah..

”Kadang aku merasa tidak memiliki orang tua, aku merasa sangat miskin diantara kekayaan ini,..aku tak mendapatkan hak ku sebagai seorang anak, kasih sayang yang kubutuhkan, padahal aku telah berusaha menjadi anak yang berbakti, ini tidak adil bagi ku, sudah satu tahun mereka pergi, tapi tak pernah sekalipun menanyakan keadaanku meskipun hanya lewat telpon”kali ini pengurus Kim ikut menangis mendengar kesedihan Nona mudanya itu.

“Kau tau pengurus Kim...waktu aku menelepon papa dan mama mengabarkan aku juara, mereka hanya menjawab ‘baguslah kalau begitu berarti kami tidak sia-sia membiayai sekolahmu selama ini’, apakah itu jawaban orangtua kalau anaknya mendapat juara? sementara kulihat anak lain, mereka di peluk oleh orangtuanya, dicium lalu berkata ’wah anakku hebat sekali...kami bangga padamu, kamu mau hadiah apa?’ saat itu aku merasa sangat malang dan aku merasa tidak berarti untuk mereka”tangis So Eun menjadi-jadi.

“Sudahlah Nona..jangan menangis lagi...itu tidak benar, mereka pasti sangat menyayangi Nona, hanya saja mereka tidak tau cara menunjukakannya. Nona tau setiap orangtua memiliki cara masing-masing dalam memperlihatkan kasih sayang mereka” Hibur pengurus Kim sambil menyeka air mata So Eun

“ahhh...semoga saja yang kau bilang itu benar pengurus Kim...” So Eun melepaskan dirinya dari pelukan Pengurus Kim lalu menyeka air matanya.”Aku harus tetap berusaha menjadi yang terbaik, setidaknya untuk diriku sendiri dan masa depanku..benarkan pengurus Kim? ” tanya So Eun memaksakan senyumnya.

“benar sekali nona...nona adalah wanita tak terkalahkan oleh apapun, nona akan menjadi yang terbaik, tetap semangat ya Nona..” ucap pengurus Kim memasang wajah semangatnya, So Eun tertawa melihat ulah Pengurus Kim.

“Pengurus Kim..Gomawo..kau telah mau mendengarku dan menghiburku. Tapi jangan harap aku akan menaikan gaji mu” canda So Eun. Mereka pun tertawa bersama

“Nona bisa saja...itu sudah tugasku, sekarang nona pergilah tidur, karna besok harus sekolah kan?” kata Pengurus Kim

“Ye...kau juga tidur”suruh So Eun. Pengurus Kim menunduk.

So Eun berjalan kelantai dua, kebetulan kamarnya ada disana. Sesampai dikamar So Eun langsung masuk kekamar mandi. Dia pun membasuh mukanya dan menggosok gigi lalu menghempaskan badannya ke tempat tidur. Baru akan memejamkan matanya So Eun diganggu oleh nada dering hp. So Eun berlari mengambil Hpnya yang tergeletak di meja belajar. Betapa senangnya Ia melihat tulisan ‘mama Calling’ di layar hpnya. Segera dia mengangkat telpon dari orang yang sangat di rindukannya itu.

“Hallo mama...”sapa So Eun girang.

“hai..So Eun, apa benar kau menangis?”tanya Nyonya Kim

“Siapa yang bilang sama mama kalau aku menangis?”tanya So Eun balik

“Pengurus Kim yang bilang, katanya kau menangis karna merindukan kami”ucap Nyonya Kim

“Aissh..pengurus kim...tentu saja aku merindukan kalian, kalian kan orang tua ku” jawab So Eun agak kesal

“Kau ini..kaukan sudah terbiasa kami tinggal, mengapa sekarang kau jadi cengeng begini?”kata Tuan Kim

“Papa...aku mrindukanmu... tapi ini sudah keterlaluan, kalian telah meninggalkan ku satu tahun tanpa kabar. Bagaimana aku tidak sedih”rengek So Eun

“Kami di sini juga merindukan mu...jadi kau jangan berpikir yang tidak-tidak pada kami. Bilang kami tak menyayangi mu, sungguh membuatku khawatir” sambut tuan Kim di seberang telepon.

“papa menghawatirkan aku?..aku senang sekali”riang So Eun

“kalau urusan kami di sini sudah selesai kami akan segera pulang, jadi kau jangan menangis lagi” kata tuan Kim tegas

“Ye..aku tidak akan menangis lagi”So Eun mayun

“So Eun, Kau mau dibawakan apa?” tanya Nyonya Kim

“aku hanya ingin mama dan papa pulang,aku tidak mau apa-apa lagi”jawab So Eun

“baiklah kalau begitu..sekarang pergilah tidur!”perintah Tuan Kim

“Ye...selamat malam Pa, Ma... I miss U...”jawab So Eun

“Miss U Too” balas Tuan dan Nyonya Kim serentak.

So eun pun kembali ke tempat tidurnya. Sekarang hatinya sudah lebih tenang setelah mendapat telepon dari orang tuanya. Sambil tersenyum So eun memejamkan matanya dan membayangkan senyum Tuan dan Nnyonya Kim. So Eun Pun tersenyum puas. Namun tiba-tiba muka So Eun memasang ekspresi bingung. Ternyata bayangan Kim Bum dan senyum mautnya juga ikut nimbrung di benak So Eun. “Aish...mengapa orang ini ikut-ikutan hadir di bayangan ku...aduh So Eun, jauhkan dia dari pikiran mu, kau sudah punya Geun Suk. Ugggh..mengapa senyumnya tidak mau hilang,hah..ada apa dengan jantung ku, mengapa mendadak tidak karuan begini”gumam So Eun. Dia duduk dan mengucek-ngucek matanya, setelah merasakan detak jantungnya normal kembali So Eun menarik selimutnya dan tertidur lelap.

Teng..teng...teng...terdengar bunyi lonceng menggema keseluruh penjuru sekolah. Saatnya jam istirahat. Kim Bum menyusun buku-bukunya yang bertebaran di atas meja. Selesai menyusun bukunya, Ia pun menyandang tas lalu mendekat kebangku So Eun.

“aku keluar duluan yah...”bisik Kim Bum kepada So Eun

“Hei...apa-apaan kau ini, apa urusanya dengan ku. Kalau mau keluar, keluar saja” balas So Eun berbisik dengan nada kesal

“tidak aku hanya ingin menginformasikan” Kim Bum tertawa.

“memangnya kau penting..aneh sekali, lagian Cuma istirahat doang ngapain bawa-bawa tas?”balas So Eun ketus

“itu urusanku, baiklah..selamat menunggu pengeran kodok mu yah..bye” kata Kim bum sambil melambaikan tangannya di depan wajah So Eun.

“apa-apaan dia itu, memangnya dia istirahat dimana sih, kan malu kalo bawa-bawa tas tempat umum..pasti dia punya tempat rahasia. Daripada penasaran lebih baik aku ikuti saja dia, lagian Geun Suk kan ga ada”gumam So Eun

So Eun pun mengikuti Kim Bum secara diam-diam. So Eun cukup menjaga jarak agar tidak ketahuan, jarak antara mereka kira-kira tiga meter. Sesampainya di tangga Kim Bum menghentikan langkahnya. Dia merasa diikuti oleh seseorang, perlahan-lahan dia membalikan badannya. Dia melihat seseorang yang sedang mengintip dirinya di balik dinding dan menghilang setelah mata mereka bertemu. Kim Bum lalu tersenyum, dia tau pasti siapa yang berada dibalik dinding itu.

“Hmm..sepertinya aku telah membuat seseorang penasaran...”ucap Kim Bum dengan nada keras. Tidak ada reaksi apapun dari So Eun yang kini mematung di balik dinding.

“So Eun..aku tau itu kau, keluarlah...””kata Kim Bum sambil tertawa

“Aish...Bagaimana kau bisa mengetahui kalau itu aku? Sepertinya kau punya indra keenam” jawab So Eun kesal seraya keluar dari tempat persembunyiannya.

“aku tidak perlu indra keenam untuk megetahui keberadaan mata-mata amatiran sepertimu. Ku sarankan nanti kau jangan melamar di perusahaan mata-mata atau detective, kasihan mereka harus bangkrut karena memiliki karyawan bodoh sepertimu” ledek Kim Bum

“Hah..apa kau bilang, aku bodoh? Kau ini menyebalkan sekali!” So Eun kesal

“BTW...ada angin apa sehinnga kau mengikuti aku kemari?” tanya Kim Bum penasaran

“Oh..tidak..aku bingung saja kau kemana saat jam istirahat. Aku tidak melihatmu di cafe, kantin atau di tempat lain. Lagian untuk apa kau membawa tas mu?” jawab So Eun agak gugub

“sejak kapan kau peduli dengan ku?”desak Kim Bum

“kau jangan GR dulu, aku tidak peduli dengan mu,..aku curiga kalau kau membawa narkoba kesekolah ini dan saat jam istirahat kau ngedrug, hayo ngaku! Aku tidak mau nama baik sekolah yang terfavorit plus terkenal di seluruh Korea ini tercemar karena ulah bodohmu itu!” tuduh So Eun asal

“Hei...bisa-bisanya kau menuduh seperti itu, sembarangan saja kau ini. Aku bukan orang seperti itu, baiklah kalau kau tak percaya, ikutlah dengan ku!” bela Kim Bum. So Eun pun tersenyum puas. Mereka berjalan bersama menyusuri tangga sekolah.

“Hei So Eun...kemana pangeran kodokmu, biasanya kau selalu di jemput saat jam istirahat” tanya Kmi Bum memecah keheningan

“Siapa yang kau maksud pengeran kodok? Geun suk?” tanya So Eun balik

“tentu saja dia” jawab Kim Bum singkat

“Enak saja kau memanggilnya pangeran kodok. Dia pergi pelatihan basket nasional di luar kota selama satu minggu ini”jelas So Eun serambi tersenyum

“ouh..tapi kelihatannya kau senang?” Kim Bum bingung

“Tentu saja..aku senang bisa bebas untuk sementara waktu darinya” So Eun cengengesan

“ternyata kau seorang pacar yang buruk”tuduh Kim Bum

“ah..sudahlah, itu bukan urusanmu. Kita sebenarnya mau kemana sih, udah lantai tiga nih. Aku sudah capek!”ungkap So Eun menyeringitkan wajahnya

“Kau ikuti saja aku, jangan banyak nanya, sebentar lagi nyampai kok. Kalau kau tak sanggup menyerah saja”jawab Kim Bum

“Apa kau bilang, menyerah? Itu bukan tipe ku. Baiklah, aku akan mengikutimu walaupun sampai ke langit ketujuh”ucap So Eun dengan semangat.

“Kalau begitu kau pergi sendiri saja, karna aku hanya sampai lantai empat, bukan ke langit ketujuh..”canda Kim Bum

“Aish..kau ini...”gumam So Eun kesal sambil mengikuti langkah kaki Kim Bum. Kim Bum tersenyum kecil melihat wajah kesal So Eun.

“Kita sudah sampai...”kata Kim Bum. So Eun memendang takjub sekitarnya

“Wah..tempat ini tenang dan sejuk, hembusan angin riang sekali di sini”ungkap So Eun memejamkan matanya. Kim Bum terpesona melihat So Eun dengan rambut yang melayang-layang.

“Kau seperti Bidadari”gumam Kim Bum

“apa?”So Eun merasa dirinya disinggung

“lupakan!”jawab Kim Bum singkat. So Eun kesal

Kim Bum berjalan ke tempat biasa dia bernaung, setelah mengambil posisi yang dirasanya paling nyaman Kim Bum langsung membuka kaca matanya lalu menyimpannya di dalam tas. So eun yang dari tadi masih berdiri kini menghampiri Kim Bum dan duduk disebelahnya. Melihat Kim Bum yang tidak menggunakan kaca mata, detak jantung So Eun mulai tidak karuan. Ia mengalihkan pandangannya ke depan serambi mengelus-elus dadanya berharap detak jantungnya normal kembali. Melihat So eun yang mengelus-elus dadanya Kim Bum menjadi sedikit khawatir.

“kau kenapa?”tanya Kim Bum lembut

“a..aku tidak apa-apa”jawab So Eun gugup

“sepertinya muka mu memerah, kau sakit ya?”lanjut Kim Bum sambil meletakan telapak tangan kanannya di kening So Eun. So Eun merasakan aliran listrik dari tangan Kim Bum sampai ke jantungnya.

“A..Aku tidak sakit, aku hanya capek makanya mukaku memerah”ucap So Eun melepaskan tangan Kim Bum dari keningnya

“ah..iya, aku lupa kalau kau itu anak manja...baru jalan sedikit aja sudah capek” ledek Kim Bum

“Biarin...oiya..kau menemukan tempat ini sejak kapan? Aku tidak tau kalau ada tempat seperti ini di sekolah kita?”So Eun penasaran

“waktu itu aku dimintai bantu oleh kepala sekolah mengambil peralatan di sini, karna melihat tempat ini begitu tenang, maka aku memutuskan ini tempatku beristirahat” jawab Kim Bum seraya menunggingkan senyuman manisnya terhadap So Eun

“Ouh..begitu, jadi tempat ini tidak ada yang tau selain kau?”tanya So Eun lagi

“selain cleanning servis..aku rasa iya”ucap Kim Bum

“mengapa kau tidak mau berbaur bersama teman yang lain?” tanyaSo Eun penasaran

“Ntahlah..aku rasa mereka tidak menyukaiku”sambut Kim bum sambil tertawa

“kau salah besar...saat aku berbincang dengan teman-teman mereka bilang sangat menyukai mu dan ingin berteman dengan mu, tapi karna kau orangnya pendiam dan tertutup maka mereka mengurungkan niat untuk berbicara dengan mu, kemisteriusan mu itu membuat mereka lebih mengaggumimu”jelas So Eun

“benarkah itu?”tanya Kim Bum sedikit tidak percaya

“benar...hanya saja mereka tidak tau cara baik untuk berinteraksi dengan mu, lagian saat istirahat kau juga menghilang” kata So Eun.

“hahaha...memangnya aku hantu menghilang..kau ini ada-ada saja”Kim Bum tertawa. So eun juga ikut tertawa. Kim Bum pun mengeluarkan bekalnya.

“Kau membawa bekal dari rumah?” So Eun terkejut

“yap..”jawab Kim Bum mantap

“hahaha...kau seperti anak TK saja”ledek So Eun

“Biarin...”cuek Kim Bum sambil melahap makanannya

“siapa yang membuatkan kau bekal?”tanya So Eun

“tentu saja Ibu ku” jawab Kim Bum. Mendengar jawaban Kim Bum air muka So Eun berubah murung.

“Kau beruntung sekali dapat ibu yang perhatian”gumam So Eun dengan raut wajah sedih

“sebenarnya aku membawa bekal karna ingin berhemat, tapi ini masakan ku lho” ucap Kim Bum yang tidak menyadari kesedihan So Eun

“ouh..benarkah, kau pandai memasak juga?kenapa bukan ibumu yang memasak memangnya ibumu kemana?”tanya So Eun

“yap...ibuku sedang di rawat dirumah sakit” Kim Bum agak sedih

“jadi waktu kau pulang mendadak karna itu? Aku turut prihatin dengan ibumu, bagaimana keadaannya sekarang?”tanya So Eun sedikit khawatir

“sekarang baik-baik saja, kami harus menunggu hasil tes darah dari laboratorium dulu agar tau ibu sakit apa”jelas Kim Bum

“ouh..begitu”jawab So Eun mengerti

“Kau mau mencoba masakanku?” tawar Kim Bum kepada So Eun sambil menyerahkan bekalnya ke tangan So Eun.

“apa, aku makan ini?”So Eun terkejut

“Iya..kenapa...kau takut ada racun?, aku tidak akan meracuni diriku sendiri”kata Kim Bum meyakinkan

“bukan itu..apa iya tidak apa-apa”So Eun canggung.Kim Bum mengangguk pasti. So Eun langsung menyuap satu sendok makanan itu.

“bagaimana..enak tidak”tanya Kim Bum sangat penasaran

“Mmm...lumayan, ternyata kau pandai juga memasak”ucap So Eun sambil menyuap lagi

“lumayan...tapi mengapa sepertinya kau ketagihan” kata Kim Bum sambil merebut kembali bekalnya.

“Hei..kau tidak boleh mengambilnya lagi karna kau telah memberikannya padaku”Omel So Eun merebut kembali makanan itu dari Kim Bum

“hei..aku lapar” kim Bum kesal

“aku juga lapar...nanti aku sisakan sedikit untukmu”kata So Eun tidak mau kalah.

“hei..seharusnya itu kata-kata ku..sudah lah terserah kau saja” jawab Kim Bum kesal.

Melihat So Eun yang bersemangat menyuapi makanannya Kim Bum hanya tersenyum lalu mulai merebahkan tubuhnya kebelakang dan memejamkan matanya. So Eun masih asyik mengunyah makanannya. Beberapa menit setelah itu So Eun pun telah berhasil menghabiskan makanannya. Dia mengelu-elus perutnya yang kenyang. So Eun menoleh ke arah Kim Bum, dia mendapati Kim Bum sedang tertidur. Melihat ekspresi tidur Kim Bum yang lembut dan wajahnya yang begitu tampan membuat So Eun terpesona dan tersenyum malu. Dia memandang Kim Bum lekat tak disadarinya tangannya bergerak lembut mengelus wajah Kim Bum. Ada suatu kesejukan dan kegembiraan yang Ia rasakan di hatinya saat melakukan itu. “aku baru sadar ternyata kau begitu tampan...ekspresimu seperti anak kecil tanpa dosa”gumam So Eun. Ia menghentikan aksinya, ia tidak ingin mengganggu tidur Kim Bum yang begitu lelap. So Eun berjalan menuju bandul-bandul yang dapat menyuguhkan pemandangan yang luar biasa indah.”wah indah sekali pemandangannya, seluruh kota tampak jelas, apalagi kalau ini malam hari pasti lebih indah dengan kerlap-kerlip lampu”kata So Eun pada dirinya sendiri.

Dia menaiki bandul itu mengambil posisi seimbang agar tidak jatuh, sebenarnya ini sangat berbahaya, kalau sampai ia terpeleset maka Ia akan mati. Dia mengembang tangannya dan menikmati tamparan lembut angin keseluruh tubuhnyanya, Ia merasa seakan-akan dirinya terbang.

Kim Bum terbangun dari tidur lelapnya, ia terkejut tak mendapati So Eun di sampingnya.”kemana anak itu”pikirnya. Dia berdiri meregang tubuhnya sambil melihat kesekitarnya. Dia terkejut sekali melihat So Eun yang kini sedang berada di atas bandul.

“So Eun...Apa yang kau lakukan di situ?” teriak Kim Bum marah dan berlari ke tempat So Eun.

“aku sedang terbang...”jawab So Eun santai

“So Eun...itu sangat berbahaya, ayo turunlah!”ucap Kim Bum khawatir

“iya..iya aku akan turun”jawab So Eun kesal. Dia membalikan badannya pelan-pelan.

“Hati-hati So Eun, jangan sampai kau terpeleset”suruh Kim Bum memberikan tanganya agar So Eun bisa berpegangan.

“iya...”jawab So Eun singkat

Setelah So Eun berhasil melompat dan berada di depan Kim Bum. Kim Bum langsung memeluknya erat. So Eun terkejut dengan apa yang dilakukan Kim Bum pada dirinya, tapi dia tidak berusaha melepaskan pelukan Kim Bum itu. Dia dapat mendengar detak jantung Kim Bum yang begitu kencang karna mengkhawatirkan dirinya. Sesaat dia merasa nyaman dan damai dalam pelukan Kim Bum, Ia sangat menikmatinya dan membiarkan dirinya merasakan kesejukan sekaligus kehangatan yang tak pernah ia rasakan saat dipeluk laki-laki lain. Dia pun membalas pelukan Kim Bum.

“So Eun..berjanjilah padaku kau takan melakukan itu lagi. Kalau tadi kau terjatuh aku takan bisa memaafkan diriku sendiri”ucap Kim Bum tetap memeluk So Eun

“ya..aku janji takan mengulanginya lagi”balas So Eun

“terimakasih...”kata Kim Bum

“mengapa kau begitu mengkhawatirkan ku?”tanya So Eun yang membuat Kim Bum sadar dan melepaskan pelukannya.

“tentu saja aku mengkhawatirkan mu, kalau tadi kau jatuh aku akan di tangkap polisi dengan tuduhan telah membunuh mu. Aku juga yang rugi”jawab Kim Bum dengan nada kesal

“benarkah begitu?”tanya So Eun polos

“tentu saja...”jawab Kim Bum singkat

“Aish...kau ini memang menyebalkan”kata So Eun kesal

“sudahlah ayo kita turun, sebentar lagi bel tanda masuk akan berbunyi”ajak Kim Bum sambil mengambil tasnya

“Kim Bum...”panggil So Eun

“apa? ”jawab Kim Bum yang kini memasang lagi kacamatanya

“apa aku boleh kesini lagi?”tanya So Eun polos

“boleh saja, tapi tidak tanpa aku...”kata Kim Bum tegas

“mengapa harus begitu...”tanya So Eun lagi

“itu persyaratannya, kalau kau tidak setuju juga tidak apa-apa” jawab Kim Bum cuek

“Is..baiklah aku menerimanya” So Eun cemberut

“Oiya..ada satu lagi...kau juga tidak boleh memberitahu pada siapapun tempat ini, termasuk pada pangeran kodokmu itu” ucap Kim Bum mengancam.

“iya..iya..aku tau, lagian untuk apa juga aku memberitahu yang lain, apalagi pada si Geun suk”jawab So Eun mulai berjalan mengikuti Kim Bum

“Baguslah kalau begitu...tapi mengapa kau sepertinya tidak begitu suka pada Geun Suk? Bukannya dia itu pacarmu?”tanya Kim Bum memberhentikan langkahnya untuk menyamai So Eun

“Itu bukan urusanmu...”jawab So Eun ketus

“sekarang itu menjadi urusanku...itu syarat kau boleh ke atap”paksa Kim Bum

“Aish..kau ini..baiklah...aku beritahu, sebenarnya aku tidak mencintai Geun Suk”kata So Eun santai yang membuat Kim Bum terkejut

“Apa? Kau tidak mencintainya?aku tidak salah dengarkan?”tanya Kim Bum keroyokan

“iya..kau tidak salah dengar”kata So Eun meyakinkan.

“lalu mengapa kau menerimanya sebagai pacarmu?”tanya Kim Bum penasaran

“oh..itu karna aku tak mau membuat dia malu didepan teman-teman, makanya aku menerimanya. Lagian dengan ada status Geun Suk sebagai pacarku, aku bisa terlepas dari cowok-cowok yang selalu menggangguku. Aku juga berharap kalau Geun Suk bisa jadi tempatku mengadu setelah kepergian nenek, tapi aku salah. Aku sangat ingin memiliki teman yang benar-benar menerima aku sebagai Kim So Eun bukan karna aku seorang artis yang tajir. Aku ingin seseorang secara tulus menyangiku”jawab So Eun dengan senyum yang dipaksakan.

“begitu ya...lalu mengapa kau masih tetap bertahan sampai sekarang?” tanya Kim Bum lagi

“ntahlah...aku juga tidak tau mengapa aku tetap mempertahankan hubungan ini, aku cuma senang kalau ada seseorang memperhatikanku dan orang itu Geun Suk karna dia cukup perhatian padaku walaupun tidak seperti yang ku harapkan” ungkap So Eun

“So Eun...kau boleh cerita apa saja padaku, sekarang kau jadilah temanku dan ku harap di antara kita tidak ada rahasia lagi. Yakinlah bahwa aku menjadi temanmu bukan karna kau artis atau kaya karna aku menganggap kau Kim So Eun yang bodoh dan butuh sedikit tempat mengadu” kata Kim Bum dengan ekspresi serius

“apa? Kau ini menghina atau merayuku, sungguh aneh sekali, mengapa aku bisa bertemu orang sepertimu” jawab So Eun kesal. Kim Bum hanya tertawa dan memberikan kelingkingnya kehadapan So Eun.

“apa kau mau jadi temanku?” tanya Kim Bum seraya menyuguhkan senyuman mautnya. So Eun pun ikut tersenyum manis dan dia pun mengaitkan kelingkingnya.

“sekarang kita berteman” ucap So Eun sambil tertawa bahagia. Kim Bum pun ikut bahagia melihat ekspresi So Eun.

“Ya sudah, kita berpisah disini saja” kata Kim Bum

“kenapa harus berpisah, kitakan se arah” So Eun bingung

“aku tidak mau menjadi pusat perhatian karna berjalan dengan So Eun sang artis terkenal”ledek Kim Bum

“is..Kau ini” So Eun kesal lalu berjalan berlawanan arah dengan Kim Bum.

“ So Eun...sampai bertemu di kelas” Ucap Kim Bum sambil tersenyum

“Ye..” jawab So Eun membalas senyum Kim Bum. Mereka pun berjalan dengan hati riang bahagia.

Di rumah Sakit...

“Oppa....dari tadi ku lihat kau senyam senyum sendiri, sepertinya kau bahagia sekali. Ada apa sich?”tanya Kim Byul penasaran karna dari tadi melihat ekspresi Kim Bum yang selalu bahagia.

“Kau anak kecil mau tahu saja...”jawab Kim Bum ketus

“aku tau...jangan-jangan Oppa lagi jatuh cinta” tebak Kim Byul

“ah..kau ini sok tau”jawab Kim Bum

“a..ha..ternyata benar..siapa cewek beruntung yang berhasil merebut hati Oppa ku yang ganteng ini?”desak Kim Byul

“sudahlah kau ini tidak lihat ibu sedang tidur...”elak Kim Bum

“Kau tau Oppa, muka mu memerah, imut sekali”goda Kim byul sambil mencubiti pipi kakaknya.

“Aish..kau ini apa-apaan sich?” kesal Kim Bum melepaskan tangan Kim Byul dari pipinya.

Tiba-tiba terdengar ketokan pintu dari luar, lalu masuk seorang perawat kedalam tanpa di persilahkan masuk terlebih dahulu.

“Annyeong....”sapa perawat itu ramah

“annyeong suster” jawab Kim Bum dan Kim Byul berbarengan

“Ibu kalian masih tidur ya?”tanya suster pada kakak beradik itu

“saya sudah bangun suster, ada apa suster?”jawab Nyonya Kim mendahului anak-anaknya. Perawat itu berjalan menghampiri nyonya Kim

“Bagaimana perasaan anda hari ini Nyonya Kim?”tanya perawat itu

“aku sudah merasa sehat dan kuat kok Sus”jawab Nyonya Kim mantap

“Baguslah kalau begitu, saya datang kesini mau memberitahukan bahwa hasil tes darah anda sudah keluar tapi sekarang sedang di pegang oleh dr.Harif, sayangnya dr.Harif mendadak pergi ke Hongkong untuk mengeoperasi pasien disana selama seminggu ini. Jadi, kami belum bisa mengetahui penyakit anda, tapi malam ini anda boleh pulang sampai dr.Harif kembali kesini ” jelas Perawat itu panjang lebar

“begitu ya Sus...baiklah tidak apa-apa, aku senang bisa pulang”kata Nyonya Kim sambil tertawa.

“Asyik..jadi malam ini kita tidur di rumah lagi...”ucap Kim Byul riang

“Ye...jadi sekarang mulailah kau beres-beres” suruh Kim Bum pada adiknya.

“Baik Oppa...” patuh Kim Byul

Melihat tingkah anak-anaknya Nyonya Kim tersenyum bahagia. Dia merasa beruntung sekali mendapat putra dan putri yang patuh dan sangat menyayanginya. Perawat berpamitan keluar, sementara itu Kim Byul sibuk memasukan perlengkapan ibunya kedalam koper. Kim Bum merasakan Hpnya bergetar, dia pergi keluar untuk mengangkat telpon itu. Dilihatnya nomor tak dikenal sedang memanggil, tanpa berpikir panjang Kim Bum mengangkat telpon itu.

“Halo...”sapanya ramah

“hai...Kim Bum”jawab orang yang berada di seberang telepon

“Maaf..ini siapa?”tanya Kim Bum sopan


“Kau tak mengenali suara ku, ini aku Kim So Eun” So Eun kesal

“Kim So Eun?” Kim Bum tak percaya

“Ye...”jawab So Eun singkat

“darimana kau mendapatkan nomor Hp ku?”tanya Kim Bum bingung

“Kau ini ternyata pelupa yah...waktu itu kau memberi note untuk ku waktu kau pulang mendadak” jawab So Eun

“Oh..iya, aku lupa...ada apa kau meneleponku malam-malam, kau merindukanku ya”goda Kim Bum

“Aish...kau ini GR sekali, aku meneleponmu mau membicarakan tugas kita itu, kapan mulai kita kerjakan? Sekarang sudah hari jum’at, sedangkan tugas itu dikumpul hari selasa”terang So Eun

“ouh...tugas yah...besok saja kita bicarakan di sekolah. Memangnya tugas kita berbentuk apa?”tanya Kim Bum

“berbentuk makalah dan harus ada hasil penelitiannya...”jawab So Eun

“baiklah kalau begitu, besok kita bicarakan di atap, sekarang aku sedang ada urusan” ucap Kim Bum

“memangnya kau ada urusan apa? Dimana kau sekarang?”tanya So Eun

“aku sekarang sedang di rumah sakit...ibu ku sudah boleh pulang sekarang, jadi aku harus beres-beres dulu”jawab Kim Bum.

“ouh..syukurlah kalau begitu...memangnya kau pulang pakai apa?”tanya So Eun lagi

“ya...pakai motor”jawab Kim Bum mantap

“lalu bagaimana dengan ibu mu, tidak mungkin pakai motorkan?”desak So Eun

“Ibu ku pulang dengan adikku pakai Bis...”jawab Kim Bum

“kasihan sekali ibumu, baru sembuh harus pulang pakai Bis, bagaimana kalau aku antar saja Ibumu pulang, berikan alamat rumah sakitnya pada ku”ucap So Eun

“Ah...tidak usah, aku malas merepotkan mu. Lagian hari sudah malam”tolak Kim Bum

“kau tidak boleh menolak, aku ini temanmu, lagian kau tidak kasihan pada ibumu. Sudahlah kirimkan alamat Rsnya ke hp ku O.K!”paksa So Eun.setelah itu sambungan telponnya terputus

“So Eun...kau tidak sadar kalau kelakuanmu ini semakin membuat ku mencintaimu. Ah..sekarang aku tidak bisa melepasmu pada siapapun”kata Kim Bum pada dirinya sendiri sambil mengetik sms untuk So Eun.

Kim Byul yang sedari tadi asyik menyusun baju diganggu dengan suara ketukan pintu, tapi beda dengan yang tadi, kali ini tamu itu tidak langsung masuk. Kim Bum menyuruh Kim Byul membukakan pintu. Kim Byulpun berlari keƤrah pintu dan segera membukakan pintu. Saat melihat sosok yang berada di depannya, mulut Kim Byul menganga menyebut huruf a.

“Hai...apa benar ini ruang rawat ibunya Kim Bum?”tanya cewek cantik itu ramah. Kim Byul masih mematung dengan ekspresi terkejutnya.

“Siapa yang datang Byulie?”tanya Kim Bum menyusul adiknya. Tetap tak ada jawaban dari Kim Byul.

“Hai...” sapa So Eun pada Kim Bum

“rupanya kau sudah datang, silahkan masuk”ajak Kim Bum

“ouh..ya, tapi siapa cewek cantik yang di depan ku ini, apa dia pacarmu?”tanya So Eun polos. Kim Byul sekarang tersadar setelah mendengar So Eun meneybutnya cewek cantik dan tersenyum malu.

“Anio...aku Kim Byul adiknya Oppa Kim Bum...bukankah kau Kim So Eun artis terkenal itu?”tanya Kim Byul dengan mata berbinar-binar

“iya..salam kenal...”jawab So Eun menunduk ramah

“wah...benarkah? aku tidak mimpikan? mengapa kau berada disini? Dimana kau kenal dengan kakak ku? Apa kau pacar kakak ku? Karna dari tadi kulihat dia bahagia sekali setelah pulang sekolah, atau kau satu sekolah dengannya?”tanya Kim Byul tanpa jeda. So Eun menjadi bingung harus menjawab darimana.

“Aish..Kau ini...apa mulutmu tidak bisa di rem? So Eun itu teman sekelasku. Kau tidak sopan sekali pada tamu, setidaknya kau persilahkan dia masuk dulu baru berbicara” ucap Kim Bum memarahi Kim Byul

“Oppa, mengapa kau tak katakan padaku kalau kau sekelas dengan Kim So Eu, padahal kau tau sekali aku fans beratnya,..ouh..iya, silahkan masuk Eunnie...Kau cantik sekali” ajak Kim Byul serambi memuji. So Eun tersenyum dan mengikuti langkah Kim Byul.

“Ibu...kau tau siapa yang datang? Kim So Eun datang menjengukmu!” kata Kim byul memberitahu ibunya dengan semangat.

“benarkah?”tanya Nyanya Kim tak percaya.

“iya...lihatlah baik-baik”suruh Kim Byulpada ibunya

“Annyeong Bu...saya Kim So Eun senang berkenalan dengan Anda” kata So Eun mendekat dan memperkenalkan dirinya pada Nyonya Kim. Nyonya Kim meraih tangan Kim So Eun.

“Kau tidak saja cantik, tapi juga ramah, memangnya ada apa kau kemari?”tanya Nyonya Kim lembut

“Gomawo bu...ibu juga cantik...saya kesini mau mengantar ibu pulang, kata Kim Bum ibu akan pulang naik bis, ini tidak boleh terjadi karna ibu baru saja pulihkan, maaf saya baru bisa datang, ini sedikit untuk ibu”jawab So Eun seraya memberikan bingkisan yang berisi berbagai buah.

“benarkah kau akan mengantarku? terimakasih”ucap Nyonya Kim ramah

“Sudahkan perkenalannya Bu..sebaiknya kita langsung pulang saja ya...berbincangnya lanjutkan dirumah saja”ajak Kim Bum

“iya..”jawab Nyonya Kim singkat

Nyonya Kim berdiri dibantu oleh So Eun dan Kim Byul. Mereka memapah Nyonya Kim menuju mobil So Eun. Kim Bum kebagian tugas membawa semua barang-barang. Sesampai di mobil So Eun membukakan pintunya dan mempersilahkan Nyonya Kim dan Kim Byul masuk, terlihat kegirangan dari wajah mereka. So eun tersenyum lalu menutupkan pintu mobilnya. So eun mulai melajukan mobilnya mengikuti motor Kim Bum didepannya.Kini telah sampai di rumah Kim Bum, rumah yang sederhana. So Eun membantu Nyonya Kim masuk kerumahnya.

“Baiklah..tugasku sepertinya sudah selesai...aku pulang dulu ya Bu, semoga anda sehat.”kata So Eun yang kini berdiri dan berpamitan

“tinggalah sebentar lagi... ”pinta nyonya Kim

“Ibu jangan begitu...ini sudah malam bu, besok So Eun kan harus sekolah” jawab Kim Bum

“Iya Bu...sekarang sudah larut, saya harus pulang, kapan-kapan saya akan main kesini lagi” ucap So Eun

“baiklah...terimakasih ya So Eun,..hati-hati di jalan”kata Nyonya Kim

“Ya Eunnie...kesini lagi ya”timpal Kim Byul

“ye...kalau ada waktu aku akan main kesini..permisi” ucap So Eun sambil berlalu diantar oleh Kim Bum keluar.

“Kim Bum aku pulang dulu...”kata So Eun setelah sampai di depan mobilnya.

“Ye...terimakasih untuk hari ini”ucap Kim Bum

“ya..sama-sama”jawab So Eun seraya masuk kedalam mobil

“Hati-hati dijalan...sampai ketemu besok”kata Kim Bum menutupkan pintu So Eun

“O.K...Bye”jawab So Eun tersenyum

“Bye...”balas Kim Bum ikut tersenyum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar