30 September 2010

Cerbung




The Way Of Love [Part 6]


Malam semakin larut, tapi So Eun masih tampak duduk dibibir kolam renang dirumahnya sambil memainkan air kolam dengan kakinya. Pandangannya melayang-layang kelangit-langit atap mulutnya tak berhenti menyunggingkan senyuman, ntah apa yang dia pikirkan. Pengurus Kim yang melihat suasana hati nonanya yang sedang cerah dan berseri-seri merasa perlu mengetahui apa gerangan yang membuat nona muda satu-satunya itu begitu bahagia hari ini. Pengurus Kim pergi mendekati So Eun.

“wah...sepertinya matahari masih bersinar sampai malam ini, karna melihat Nona So Eun saya ini masih cerah sampai malam selarut ini” goda Pengurus Kim saat mengambil posisi duduk di sebelah So Eun.

“Pengurus Kim...” teriak So Eun memeluk lalu melepaskan pelukannya

“Nona...sepertinya nona senang sekali hari ini. Lihat saja wajah nona yang begitu berseri-seri, ini pertama kalinya saya melihat nona sesenang ini setelah kematian nenek nona. Memangnya apa yang membuat nona seperti ini?” tanya Pengurus kim ingin tahu.

“Hari ini adalah hari yang paling istimewa bagiku Pengurus Kim... ” kata So Eun tertawa kecil

“O...saya tau kalau hari ini nona ulangtahunkan, apa karna itu nona sebahagia ini? Atau karna nona melalui hari ini dengan tuan muda yang bernama Kim Bum itu? Yang minumnya air dokter” ucap Pengurus Kim ikut tertawa kecil

“hahaha...Pengurus Kim, kau ini ingin tahu saja” So Eun tertawa

“tentu saja...ini kejadian langka sekali, biasanya saya melihat nona bermuram durja, kalau pun senyum juga dipaksakan...”jawab Pengurus Kim

“benarkah aku seburuk itu? Sebenarnya aku bahagia kerna...tapi pengrus kim jangan bilang siapa-siapa ya...ini rahasia kita berdua” kata So Eun

“baiklah nona, saya janji...” balas Pengurus Kim

“Benar sekali tebakkan pengurus Kim, kalu aku bahagia karna....” gantung So Eun

“karna Nona berulang tahun hari ini ya nona?” tanya Pengurus Kim tak sabar menunggu jawabanya

“Itu juga sih...tapi aku lebih bahagia karna hari ini aku lalui bersama orang yang special bagiku” jawab So Eun tersenyum manis. “Dari pagi dia selalu membuatku tersenyum bahkan tertawa. Dia buatkan pesta kejutan untukku walaupun pertamakalinya aku kesal, tapi aku tau kalau dia hanya ingin membuatku tersenyum dan bahagia di hari ulang tahunku. Dilanjutkan dengan kepergian kami ke pasar hewan, melihat tampang seriusnya saat belajar dan melihat wajah terkejutnya saat ia diminta untuk menjadi pasanganku dalam pemotretan...membuatku tak bisa berhenti tersenyum, wajahnya slalu muncul dalam benakku” aku So Eun

“apakah yang Nona maksud Tuan muda Kim Bum?” tanya pengurus Kim penasaran

“Iya...dialah orangnya” jawab So Eun mantap

“Bagaimana bisa nona? Bukankah nona berpacaran dengan tuan muda Geun Suk” tanya Pengurus Kim agak khawatir

“Ntahlah pengurus Kim...aku tidak tau sejak kapan Ia berhasil mencuri hatiku, membuatku slalu memikirkan tentang dirinya dan slalu ingin didekatnya. Ntah mengapa saat bersamanya aku merasakan kedamaian, kenyamanan, kehangatan dan kasih sayang yang tulus. Walaupun tak jarang diantara kami sering ada sedikit marah-marahan, tapi selalu saja diakhiri dengan senyuman dan canda tawa. Aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, perasaan yang begitu indah bagiku. Hanya kepalsuan yang kurasakan saat bersama Geun Suk, dengannya aku tak merasakan seperti apa yang aku rasakan saat bersama Kim Bum. Apa aku mungkin jatuh cinta pada Kim Bum pengurus Kim?” ungkap So Eun.

“Wah...benarkah begitu nona? Saya rasa nona memang telah jatuh cinta pada tuan muda yang minumnya air dokter itu. Apalagi ini pertamakalinya nona merasakan perasaan seperti ini, bisa-bisa kalian adalah Soulmate. Tapi bagaimana dengan tuan muda Geun Suk, apakah nona mau menyakiti perasaanya?”

“itulah masalahnya pengurus Kim, aku tidak berani memutuskan hubungan ku dengan Geun Suk karna takut nanti akan membuatnya tersakiti, tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku yang sedang bergelora ini. Dari awal aku memang tidak mencintai Geun Suk tapi waktu itu aku berharap bisa mencintainya, namun rasa cinta itu tak pernah muncul untuk dirinya” ucap So Eun lemas

“Sudahlah nona...nona tidak usah khawatir, kalau nona dan tuan muda Kim Bum berjodoh, Tuhan akan membukakan jalan bagi kalian hingga saatnya kalian bersatu dalam peraduan cinta. Yakinlah bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk nona. Saya yakin kalau nona bisa mengambil keputusan yang bijak dalam hal ini, karna sekarang nona sudah tumbuh dewasa” kata Pengurus Kim menghibur

“benarkah Pengrus Kim...aku harap juga begitu” kata So Eun

“Sekarang sebaiknya nona pergi tidur, karna ini sudah tengah malam” pinta Pengurus Kim

“baiklah pengurus Kim...kau juga tidur juga ya...aku keatas dulu...” pamit So Eun lalu bergerak kekamarnya.

Flashback...

Saat sampai di pasar hewan Kim Bum langsung mengajak So Eun ketempat toko langganan ibunya. Di toko itu tidak saja menjual daging ayam dan sapi yang akan dimakan, tetapi juga menjual hewan yang patut untuk dipelihara atau dijadikan bahan eksperimentasi. Tak jarang mahasiswa kedokteran atau biologi datang ketoko itu untuk membeli hewan untuk penelitian mereka.So Eun kesulitan mengikuti langkah kim Bum yang cepat, apalagi pasar ini dipenuhi oleh orang. Tak jarang Kim Bum menghentikan langkahnya agar Ia bisa beriringan dengan So Eun, tapi ketika sudah mulai berjalan lagi, So Eun tertinggal lagi. Kim Bum tau ini baru kali pertama untuk So Eun menginjakkan kakinya di keramaian dengan suasana seperti ini, bau meyengat banyak hadir dari kotoran-kotoran hewan yang tidak dibersihkan oleh pemiliknya. Kadang tampak kerutan di kening So Eun. Melihat So Eun begitu Kim Bum berinisiatif untuk membuatnya tetap nyaman. Kim Bum pun meraih tangan So Eun dan mengenggamnya erat lalu menuntun So Eun berjalan. SO Eun membalas genggaman tangan Kim Bum dan mengikuti langkah Kim Bum yang menuntunya. Setelah sampai di sebuah toko yang berisi berbagai macam binatang baik yang mau disemblih, dipelihara atau untuk penelitian Kim Bum pun melepaskan tangan So Eun. Dia mengisyaratkan pada So Eun agar tetap berdiri disitu, setelah itu ia pergi ke dalam mencari si empunya toko.

Sepeninggal Kim Bum, So Eun berjalan pelan sambil mengamati binatang-binatang yang dilewatinya. Langkahnya berhenti ketika melihat seekor kucing putih dengan bulu lebatnya. So Eun mengelus kucing itu dengan penuh kasih sayang dan kekaguman akan keindahan ciptaan Tuhannya itu. So Eun semakin gemas saat kucing itu mengeong seperti mengucapkan terimakasih atas perlakuan So Eu terhadapnya. Kim Bum yang menyaksikan kejadian itu dari kejauhan terlihat senyam-senyum sendiri. So Eun tampak berdialog dengan kucing itu, Kim Bum pun tertawa kecil menyaksikannya.

“Hei...anak muda kau mau beli apa?” sapa pemilik toko menghancurkan perhatian Kim Bum kepada So Eun

“Bapak...saya mau beli katak hijau Pak” jawab Kim Bum ramah

“Sejak kapan keluargamu memakan katak hijau?” tanyan si pemilik toko yang bernama Lee Wong Houn

“Ah bapak...itu bukan untuk dimakan, tapi untuk tugas penelitianku” balas Kim Bum

“Ouh...begitu. Hmm, ngomong-ngomong wanita cantik di depan itu siapa?” tanya pak Lee

“Dia temanku...” jawab Kim Bum

“Benarkah Cuma teman?” tanya Pak Lee sedikit menyelidik.

“iya...” jawab Kim Bum gugub

Pak Lee berjalan mendekati So Eun yang sedang asyik berbicara dengan kucing tadi. Ternyata So Eun sangat menyukai kucing, itu tampak dari caranya yang berbicara dengan kucing seolah-olah mereka sedang mendiskusikan sesuatu. Kucing itu juga tampak bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari So Eun, walaupun jawabannya tetap sama yakni ‘Meong..meong..meong’, tapi sepertinya So Eun menangkap makna lain dari kata ‘Meong’ yang tentunya hanya dia yang tau. Kim Bum mengikuti Pak Lee ke arah So Eun.

“Hei nona cantik...anda ingin membeli sesuatu?” tanya Pak Lee menghentikan perbincangan antara So Eun dan kucing bermata biru tadi.

“Ah...iya..aku bersama Kim Bum kemari untuk membeli Katak hijau. Perkenalkan, nama saya Kim So Eun” jawab So Eun seraya membungkukkan badannya.

“jadi benar kalau kau pacarnya Kim Bum?” tanya Pak Lee sambil mengambil sebuah kandang berisi beberapa katak hijau.

“Pak Lee...kan tadi sudah ku bilang kalau dia itu temanku” ucap Kim Bum mewakili So Eun.

“Ah...aku tidak percaya ini, kau salah besar Bummie, kusarankan cewek secantik So Eun seharusnya kau jadikan pacar bukan hanya sekedar teman” kata Pak Lee dengan tampang serius yang membuat muka So Eun dan Kim Bum memerah.

“Aish...bapak ini, membuatku malu saja” ucap Kim Bum yang disambut dengan tawa oleh Pak Lee

“So Eun...aku beritahu padamu bahwa dia orang baik, wajahnya lumayan tampan, dia juga anak berbakti, otaknya juga terlalu encer, kau takan menyesal bila menjadi pacarnya” promosi Pak Lee sambil menunjuk kearah Kim Bum yang membuat Kim Bum mati gaya sedangkan So Eun hanya tertawa kecil mendengar ucapan Pak Lee itu.

“Baiklah Pak...akan saya pertimbangkan saran dari anda, terimakasih” jawab So Eun tertawa.

“Ini katak hijaunya...kalian tidak mau membeli yang lain?” tanya Pak Lee serambi menyerahkan bungkusan yang berisi seekor katak hijau

“tidak Pak...terimakasih” jawab Kim Bum menyerahkan uangnya.

“kami pergi dulu Pak” pamit So Eun dan Kim Bum menunduk, sebelum pergi So Eun juga berpamitan dengan lawan bicaranya tadi. Kucing itu mengeong dengan nada sedih melepas kepergian So Eun. Kim Bum melihat keberatan hati So Eun meninggalkan kucing itu.

So Eun meminta istirahat sebentar, Kim Bum mengabulkannya dan mengajak So Eun duduk di taman dekat pasar hewan itu. So Eun melihat di sekeliling taman, pandangannya berhenti di tempat panjual Es krim. Dia pun berlari ke tempat penjual Es krim itu, Kim Bum hanya menuruti So Eun menuju tempat penjualan Es krim. Tampak anak-anak berserta ibu mereka juga sedang mengantri untuk membeli es krim. Setelah mendapatkan Es krim yang diminatinya So Eun langsung meninggalkan gerobak penjual Es Krim lalu berjalan menuju tempat duduk yang ada di alun-alun taman tanpa mempedulikan Kim Bum. Kim Bum langsung membayar Es krim So Eun dan berlari menuju So Eun lalu duduk di sebelah So Eun yang kini menikmati Es Krim.

“Kim Bum...kamu tidak suka Es Krim ya?” tanya So Eun heran melihat Kim Bum tak membawa Es Krim

“Aku suka...” jawab Kim Bum singkat

“Lalu mengapa kau tidak membeli Es Krim?” tanya So Eun lagi

“tadi yang tersisa Cuma rasa kacang, aku alergi sama kacang” kata Kim Bum

“Ouh...jadi begitu...Kau mau merasakan punyaku?” tawar So Eun sambil menyodorkan Es Krimnya ke mulut Kim Bum.

“Ah...tidak usah, kau makan sendiri saja” tolak Kim Bum malu

“Tidak apa-apa, aku ikhlas kok...atau apa kau takut kalau aku akan menularimu penyakit? Aku sehat kok...” ungkap So Eun

“bukan...bukan begitu...” jawab Kim Bum

“atau kau juga alergi coklat?” tanya So Eun menikmati Es Krimnya lagi

“tidak...aku paling suka coklat” jawab Kim Bum.

“Kalau begitu cobalah ini, enak sekali...” tawar So Eun lagi

“Baiklah...” jawab Kim Bum, saat kim Bum akan meraih es krim di tangan So Eun lebih dulu menyodorkan esnya ke mulut Kim Bum untuk menyuapinya es itu. Kim Bum tersenyum dan mencoba es krim itu dari So Eun.

“Bagaimana? Enakkan?” tanya So Eun setelah Kim Bum memakan Es krimnya

“Enak sekali...” jawab Kim bum tersenyum

“tentu saja...Sudah ya, kau tidak boleh memintanya lagi” ucap So Eun menarik Es krimnya lalu mulai menikmati es krimnya kembali. Kim Bum hanya tersenyum memandang kagum pada wanita yang sedang memakan es krim disampingnya itu.

“mengapa kau memandang ku seperti itu?” tanya So Eun yang sadar dirinya dipandang Kim Bum

“ah, tidak...siapa yang memandangmu? kau GR sekali” jawab Kim Bum mengalihkan perhatiannya ke depan

“Kau ini munafik sekali, jelas-jelas tadi kau memandangku” ucap So Eun kesal. Kim Bum hanya tertawa kecil mendengar omelan So Eun.

“Oiya, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Kemana orang tuamu?” tanya Kim Bum

“Orangtuaku sekarang sedang di Jepang, mereka mengurus perusahaan yang ada disana, sampai-sampai meninggalkan ku sendiri disini” jawab So Eun dengan nada sedih sambil membuang tangkai eskrimnya yang telah habis.

“memangnya mereka sudah berapa lama tidak pulang?” tanya Kim Bum

“sudah satu tahun, tapi aku sudah terbiasa ditinggal. Kalau pulangpun mereka hanya sebentar disini, paling lama satu minggu. Makanya agar tidak merasa terlalu kesepian aku mau jadi artis agar aku memilki kesibukan. Kadang aku merasa tidak memiliki orangtua” ungkap So Eun dengan nada datar

“maafkan aku telah membuatmu sedih...” kata Kim Bum merasa bersalah

“Tidak apa-apa, aku malah senang kau mau mendengarku. Lalu bagaimana dengan mu, aku belum melihat Ayahmu?” balas So Eun nanya

“Ayahku sudah meninggal tiga tahun yang lalu...” jawab Kim Bum

“ah...maafkan aku, aku turut berduka...kalau aku bleh tau, apa penyebab ayahmu meninggal?” tanya So Eun

“Ayahku terkena serangan jantung...sebenarnya ia sudah lama mengidap penyakit itu, tapi saat mendengar bahwa uang perusahaannya dibawa oleh kariyawan kepercayaannya, penyakitnya langsung kambuh dan semakin parah. Saat dirawat ayahku mengalami kebangkrutan dan tak lama setelah itu Ia meninggal...rumah kami beserta isinya disita oleh bank, untung saja motor ku tidak mereka bawa juga karna itu hadiah ulangtahunku dari ayah...makanya aku sekarang ingin sekali menjadi pengusaha sukses seperti ayahku dan aku ingin membuktikan kepada ayah kalau aku adalah anaknya yang dapat ia banggakan. Dulu ayah sering bilang kalau ingin menjadi sepertinya aku harus menjadi orang pintar” terang Kim Bum panjang lebar

“sepertinya ayahmu sangat menyayangi kalian...beda dengan orangtuaku yang hanya sibuk dengan pekerjaannya tanpa peduli kalau anak mereka kekurangan kasih sayang” kata So Eun

“Kau tidak bisa menyamakan orangtuamu dengan ayahku, mungkin mereka memang tak bisa mempercayai seseorang untuk menghandel perkerjaan yang besar, mereka takut kalau-kalau terjadi penipuan atau seperti yang dialami ayahku. Makanya mereka mengurus semuanya sendiri. Kalau soal kasih sayang ini hanya persoalan waktu, nanti apabila mereka menemukan orang yang dapat mereka percaya untuk mengelola perusahaan mereka yang telah dibangaun susah payah untukmu, merekapun akan menghabiskan sisa waktunya denganmu, jadi kau tidak perlu terlalu menghakimi orangtuamu, aku yakin mereka sangat menyayangimu” hibur kim Bum

“Iya, aku tau...” balas So Eun

“Sudahlah...ayo kita kerumahmu mengerjakan tugas ini” ajak Kim Bum, So Eun membalas dengan anggukan tanda setuju.

Kini mereka berjalan beriringan menuju motor Kim Bum. Sesekali mereka tampak saling melempar senyuman satu sama lain. Kim Bum memberikan helm kepda So Eun. Setelah keduanya naik motor Kim Bum tidak langsung menghidupkan motornya. Ia menyuruh So Eun menunggu sebentar sepertinya Ia lupa sesuatu. Kim Bum berlalu memasuki pasar hewan. So Eun menunggu dengan setia. Kim Bum kembali dengan membawa sesuatu bingkisan lalu memberikan bingkisan itu kepada So Eun.

“Apa ini?” tanya So Eun bingung sambil menerimanya

“itu kado dariku...” ucap Kim Bum seraya memasang helmnya

“terimakasih...apa aku boleh melihat isinya, ini agak berat” jawab So Eun tersenyum

“ nanti saja kalu sudah sampai dirumahmu kita buka” suruh Kim Bum

“Baiklah...” ucap So Eun menaiki motor Kim Bum. Tidak begitu lama mereka sampai dirumah So Eun. So Eun bergegas masuk rumah yang diikuti Kim Bum dari belakang.

“sekarng apa aku boleh membukanya?” tanya So Eun kepada Kim Bum

“tentu saja...” jawab Kim Bum tersenyum. So Eun mulai membuka sebuah kotak besi berukuran seperti kandang yang dibungkus oleh kertas kado. So Eun terkejut melihat isi kandang tersebut. Ternyata Kim Bum menghadiahkan seekor Kucing berbulu lebat dan lembut yang memiliki mata hijau dan warna bulu putih bersih. So Eun mengeluarkan kucing itu dari kandangnya lalu menggendongnya penuh kelembutan. Kucing itu mengeong gembira tapi So Eun lebih gembira lagi.

“Kucing siapa itu Nona?” tanya Pengurus Kim yang muncul tiba-tiba dari belakang sambil membawakan jus.

“hei...pengurus Kim, ini kucingku...hadiah dari Kim Bum” ucap So Eun tertawa sambil menunjukan kucingnya

“wah...kucing ini cantik sekali...siapa namamu?”tanya Pengurus Kim kepada kucing itu. Kucing menjawab dengan meongan cerianya

“iya...dia harus di berinama, menurutmu apa nama yang cocok untuknya?” tanya So Eun kepada Kim Bum

“aku tidak tau, terserahmu saja...” kata Kim Bum yang kini memulai penelitiannya, sedangkan So Eun masih sibuk dengan kucing barunya.

“baiklah kalau begitu...pengurus Kim, mulai sekarang kau boleh memanggilnya denngan nama Sang Eun” ucap So Eun semangat

“Sang Eun...nama yang bagus, kira-kira apa ya makna namamu? ” tanya Pengurus kim lagi pada si kucing.

“makna namaku adalah gabungan nama pemilikku Kim Sang Bum dan Kim So Eun pengurus Kim...” jawab So Eun mewakili Sang Eun

“ouh...baiklah Sang Eun, aku harus bekerja kembali. Selamat menjalani hari-harimu disini” pamit pengurus Kim.

“Sang Eun...mulai sekarang kau panggil aku Omma dan orang yang sibuk membedah katak itu aboji ya...kami adalah orangtuamu sekarang” bisik So Eun kepada Sang Eun. Sang Eun mengeong ceria. “Lihatlah abojimu itu...dia serius sekali mengerjakan tugas kami...tapi dia terlihat sangat tampan bukan?”tambah So Eun tersenyum takjub memandang Kim Bum yang kini sibuk dengan tugasnya sambil mendengarkan musik lewat MP4nya. “Sang Eun...ayo ganggu aboji mu. Ini perintah!” kata So Eun melepaskan Sang Eun dari pangkuannya. Sang Eun pun berlari ketempat Kim Bum dan duduk di pangkuan Kim Bum sambil mengeong manja.

“Hai...kucing cantik, mengapa kau kesini? Mohon jangan ganggu aku dulu ya...aku mau menyelesaikan tugas ku dulu, nanti kalau sudah selesai aku janji akan main denganmu. Sekarang main bersama So Eun dulu ya...” suruh Kim Bum sambil mengelus lembut Sang Eun. Sang Eun mengeong kecewa dan berjalan kembali pada So Eun.

“Sang Eun...kau jangan sedih, aboji mu memang begitu...apabila sudah mengerjakan sesuatu dia akan terfokus dengan pekerjaannya itu sampai selesai. Kau jangan takut, jika dia selesai pasti akan bermain dengan mu, sekarang kita pergi kekamarku saja yah, temani aku tukar baju...” ajak So Eun menggendong Sang Eun pergi kekamarnya meninggalkan Kim Bum yang asyik dengan tugasnya.

“Huft...akhirnya selesai juga,..So Eun kau dimana?” teriak Kim Bum

“sebentar...aku akan turun... ” jawab So Eun dar atas

“Cepatlah...” perintah Kim Bum

“Iya...iya...” jawab So Eun berlari kebawah bersama Sang Eun dalam pangkuannya

“Tugas kita sudah selesai...aku pualang dulu ya...” kata Kim Bum setelah So Eun berada didepannya.

“Hei...kau tidak bisa pulang begitu saja, bukankah kau berjanji pada Sang Eun akan bermain bersamanya selesai buat tugas?” kata So Eun sedikit kesal

“Sang Eun? Siapa Sang Eun?” Kim Bum bingung

“Lihat abojimu itu, bahkan dia tidak tau namamu...” kata So Eun kepada Sang Eun

“Aboji?” Kim Bum berpikir keras

“Sang Eun adalah nama kucing ini, aku yang memberinya nama itu, gabungan nama kita. Aboji panggilan Sang Eun pada mu, sedangkan padaku Sang Eun memanggil Omma...” jelas So Eun

“apa? Dia memanggilku aboji? Dan memanggilmu omma? berarti kita suami istri yang memiliki anak seekor kucing bernama Sang Eun...” kata Kim Bum tertawa

“maksudku kita orangtua asuhnya” jawab So Eun kesal

“Wah..berarti kita keluarga kecil yang bahagia...baiklah Sang Eun kau mau main apa?” tanya Kim bum kepada Sang Eun sambil membawa Sang Eun kepangkuannya. Sang Eun hanya mengeong manja setelah berada dipangkuan kim bum. Mereka pun bermain bersama. Sedang asyik bermain ponsel So Eun berbunyi, ternyata dari menejer Park. So Eun pergi menjauh Kim Bumdan Sang Eun mengangkat untuk mengangkat ponselnya.

“halo menejer Park...ada apa?” tanya So Eun

“So Eun apa kau sibuk hari ini, ada satu majalah yang memintamu untuk menjadi modelnya, tapi pemotretannya sekarang karna majalah ini akan terbit besok” ucap menejer Park dibalik telepon

“Apa? Mendadak sekali, hari ini aku kan hari ulang tahunku, aku mau libur saja” tolak So Eun

“So Eun ku yang cantik...aku mohon pada mu, ini kesempatan besar karna bayarannya juga besar dan majalhnya juga terkenal, ayolah So Eun...bantu aku ya, aku telah menyetujuinya tadi, kau langsung saja pergi ketempat pemotretan akan aku berikan alamatnya” pinta menejer park

“Baiklah...” kata So Eun lemas

“terimakasih So Eun...” jawab Menejer park gembira

“Kim Bum...aku ada pemotretan mendadak, kalau kau mau pulang, pulang saja...” kata So Eun.

“Kau pergi dengan siapa?” tanya Kim Bum

“Sama pak jang dan mobilku” jawab So Eun

“apa kau mau kutemani? Kau pergi dengan ku saja” tawar Kim Bum

“apa tidak merepotkan? Aku mungkin sampai malam” tanya So Eun

“Tentu saja tidak, lagian aku tidak akan kemana-mana lagi” jawab Kim Bum

“Baiklah ayo kita pergi...”ajak So Eun. “Sang Eun, kau dirumah bersama Pengurus Kim ya,...Omma dan aboji pergi sebentar ” kata So Eun berpamitan pada Sang Eun. Sang Eun tersenyum geli mendengar ucapan So Eun. Setelah sampai ditempat pemotretan So Eun langsung dirias. Beberapa menit dirias So eun pun melakukan pemotretan beberapa sesi dengan kostum yang berbeda.

Menejer Jang tampak sigap mengurusi semua kebutuhan So Eun. Kim Bum hanya terpaku kagum memandangi So Eun yang sedang melakukan pemotretan. Tiba-tiba pemotretan di hentikan, produsernya mengatakan bahwa model lelakinya mengalami kecelakaan dijalan, jadi dia tidak bisa datang. Semua ribut mencari penggantinya. Pandangan produsernya berhenti pada Kim Bum, dia mendekati kim Bum dan memperhatikan Kim Bum dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kim Bum terheran.

“kau siapa?” tanya produsernya

“ aku Kim Bum teman So Eun” jawab Kim Bum

“So Eun bisakah aku meminjam temanmu menjadi modelnya? Dia memenuhi syarat untuk menjadi model” teriak Produser itu ke So Eun

“Apa? Aku menjadi model? Anda salah besar, aku tidak ada pengalaman dalam dunia model. Mimpi saja tidak pernah” jawab kim Bum mewakili So Eun

“tidak apa-apa menjadi model itu murah saja, kau hanya perlu mendengarkan arahan fotografer dengan baik. Aku mohon pada mu, majalah kami akan terbit besok,aku akan melebihkan sedikit bayaranmu” pinta produser

“Tidak apa-apa Kok Bum, aku akan mengajarimu...Kau coba saja dulu, agar pemotretan ini cepat selesai” kata So Eun asal. Kim Bum tidak bisa percaya dengan jawaban So Eun.

Kim Bum ditarik menejer Park ketempat rias. Kim Bum masih enggan, tetapi produser itu memohon hingga Kim Bum dengan berat hati melakukannya. Dia pun menjalani sesi-sesi pemotertan, dengan baik Kim Bum bisa melakukan arahan dari fotografernya.

Kini gantian So Eun yang terkagum-kagum memandang Kim Bum. Setelah itu mereka foto bareng, mereka dengan mudah melakukannya, ekspresi natural mereka membuat fotografer tidak kesulitan mengarahkan dan berdecak kagum.

Hingga sampai pada kesimpulan bahwa mereka pasangan model yang serasi. Kim Bum menerima uangnya yang langsung diberikan kepadanya karna dia belum punya menejer. Si produser sangat berterimakasih kepada Kim Bum karena semua foto yang dicetak bagus, hingga fotografer sulit menentukan mana yang harus masukan kedalam majalah.

“Terimakasih untuk hari ini, aku sungguh sangat bahagia...” kata So Eun pada Kim Bum setelah sampai dirumahnya.

“Sama-sama, aku juga sangat bahagia, apalagi aku mendapat bayaran yang lumayan besar...itu berkat dirimu” ucap Kim Bum

“Tidak...itu berkat kerja kerasmu sendiri...” balas So Eun

“baiklah...aku pulang dulu, hari sudah larut malam, kau pergilah tidur...salam untuk Sang Eun” kata Kim Bum

“Iya, kau hati-hati di jalan...” ucap So Eun lalu berjalan membuka pintu rumahnya

“So Eun...semoga mimpi indah...bye...” teriak Kim Bum mengeluarkan senyuman mautnya

“Bye...” balas So Eun tersipu malu melambaikan tangannya kearah Kim Bum.

Flashback End...

Bersambung

Wah...Kim Bum jadi model amatiran...

Hubungan mereka pun semakin dekat,

Geun Suk kembali... So Eun pun menjadi Dilema

Bisakah mereka tetap dekat...?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar